Page 25 - Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah
P. 25
12 Aristiono Nugroho dan Sutaryono
dan budaya. Semangat ini bermanfaat pula, untuk mencegah
tiap anggota masyarakat dari marjinalisasi. Sutaryono
(2013:246) menggunakan istilah “marjinalisasi individual”
untuk menggambarkan anggota masyarakat yang mengalami
marjinalisasi.
Ada kalanya sebagian masyarakat tidak menyangka kalau
ia telah berada pada posisi marjinal. Ketidak-tahuan atas posisi
ini, mengakibatkan mereka sulit melepaskan diri dari posisi
marjinal. Oleh karena itu, tanpa disadari marjinalisasi terus
berlangsung, dan sulit bagi pihak-pihak yang ingin membantu
untuk melakukan demarjinalisasi. Ketika marjinalisasi
berlangsung terhadap usaha pertanian yang berhubungan
dengan persoalan-persoalan perseorangan, maka ia dikenali
sebagai marjinalisasi individual.
Sutaryono (2013:246) menjelaskan, bahwa marjinalisasi
individual merupakan kondisi petani yang termarjinalkan,
yang secara langsung disebabkan oleh adanya tekanan terhadap
usaha pertanian, dan berhubungan dengan persoalan-
persoalan perseorangan. Sutaryono juga mengungkapkan, hal
ini direpresentasikan oleh komponen penguasaan lahan dan
produksi lahan pertanian. Kedua komponen ini (penguasaan
lahan dan produksi lahan pertanian) cenderung dipengaruhi
oleh potensi dan kondisi individual petani yang bervariasi.
Dengan demikian marjinalisasi ditentukan oleh potensi
dan kondisi individual petani, yang ketika dibuktikan
memperlihatkan lapisan-lapisan sosial di masyarakat Lereng
Merapi. Lapisan sosial terbawah diduduki oleh anggota
masyarakat yang tidak memiliki tanah pekarangan dan tanah