Page 19 - Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah
P. 19
6 Aristiono Nugroho dan Sutaryono
strategi, dan operasionalisasi penanggulangan bencana
memang menjadi ranah para ahli dan perguruan tinggi, karena
mereka memiliki kompetensi untuk kegiatan itu.
Berbagai optimisme dalam penanggulangan bencana
muncul setelah mengerti, bahwa sepanjang segala sesuatunya
telah disiapkan dengan baik, maka manusia berhak bertawakal
(berserah diri) pada Tuhan Yang Maha Melindungi. Bila
persiapan tidak optimal, maka Tuhan Yang Maha Melindungi
tentu tidak akan “sungguh-sungguh” melindungi. Oleh
karena itu, “persiapan” menjadi “kata kunci” (key word)
dalam penanggulangan bencana. Dalam konteks Indonesia,
persiapan dan penanggulangan bencana dilaksanakan dan
menjadi tanggung jawab BNPB, dan pada level daerah menjadi
tanggungjawab BPBD.
Hal ini berdasarkan ketentuan undang-undang, yang
menunjuk lembaga (instansi) khusus yang menangani
bencana, yaitu BNPB dan BPBD, agar bila terjadi bencana
dapat ditanggulangi dengan baik. Hanya saja dalam kasus
erupsi Gunung Merapi tahun 2010 ada tiga hal yang perlu
mendapat perhatian, yaitu: Pertama, tingkat kesadaran
masyarakat tentang bencana yang masih membutuhkan
pembinaan, agar masyarakat semakin sadar bencana,
sehingga memudahkan proses pengungsian atau evakuasi
sebelum terjadinya bencana. Meskipun begitu optimisme
tetap muncul, karena pada kenyataannya terjadi perubahan
pola pikir dan pola budaya masyarakat di Lereng Merapi, yang
semakin menunjukkan bahwa mereka bertambah paham atas
erupsi Gunung Merapi, dampak yang ditimbulkan, dan cara