Page 124 - Kembali ke Agraria
P. 124

Sinar Harapan, 29 September 2003








                    Menimbang Penyempurnaan UUPA








                   ANGGAL 24 September 1960, Presiden Soekarno mengesahkan
               TUndang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
               Pokok-pokok Agraria (UUPA). Selama masa berlakunya, pelaksanaan
               UUPA mengalami pasang surut seiring pilihan orientasi politik agra-
               ria yang dianut penguasa.
                   Di akhir era kepemimpinan Soekarno, UUPA 1960 menjadi dasar
               bagi penyediaan tanah untuk petani miskin di pedesaan saat itu.
               Catatan sejarah menunjukkan, ketika UUPA dan PP tersebut dija-
               lankan (1962-1964), aksi pendudukan tanah oleh petani marak di
               sejumlah daerah. Namun aksi pendudukan ini memancing konflik
               karena keengganan pemilik tanah luas untuk menyerahkan tanahnya.
               Ujung dari peristiwa ini adalah gejolak sosial politik. Ketegangan
               sosial di pedesaan itu telah menaikkan tensi politik secara nasional.
               Puncak ketegangan adalah tergulingnya Soekarno (1965). Sejak itu,
               program land reform otomatis terhenti total. UUPA 1960 secara praktis
               dibekukan. Yang lebih miris, jutaan kaum tani yang sempat menikmati
               hasil landreform diburu, ditangkapi, dan dipenjarakan tanpa proses
               pengadilan.
                   Di era Soeharto, UUPA 1960 “dikhianati” dengan munculnya
               sejumlah produk peraturan perundangan sektoral yang berkaitan
               dengan kekayaan alam. Misalnya, UU Kehutanan, Pertambangan,
               Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, Pengairan, Perikanan, dan
               sebagainya. Keseluruhan undang-undang sektoral ini mengandung

                                           105
   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129