Page 162 - MP3EI, Masterplan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-Ekologis Indonesia
P. 162
152 Di Atas Krisis Sosial-Ekologis Semacam Apa
Megaproyek MP3EI Bekerja?
Gambar 4: Salah satu papan “peringatan” bagi para buruh perkebunan sawit di PT. Lonsum Turangie.
Foto: Hotler P. Sitorus.
hasil wawancara diperoleh data bahwa buruh pemanen ternyata mengerjakan 6 pekerjaan sekaligus. Ada 6 pekerjaan yang
harus dilakukan oleh seorang buruh penanen yakni :
1. Menunas artinya memotong pelepah pada bagian bahwa buah sawit yang akan diambil agar buahnya dapat dipotong.
Menurut buruh paling tidak ada 3 pelepah yang harus dipotong supaya buahnya dapat dipotong.
2. Merapikan pelepah daun yang telah dipotong dan meletakkanya di selah-selah diantara tanaman sawit.
3. Memotong tangkai sawit kandas dengan tandan buah sawit. Istilah buruh “cangkok kodok”.
4. Mengutip berondolan (buah sawit yang terlepas dari tandannya) dari sekitar piringan pohon sawit.
5. Mengangkat dan menyusun buah sawit yang telah dipotong ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) yang berjarak maksimal
500 m dari pokok sawit terdekat ke TPH.
6. Menyusun rapi buah sawit, mengkode/memberi nomor untuk memudahkan pengangkutan ke PKS.
Dampak sistem kerja demikian mengakibatkan buruh kebun sangat sulit memenuhi atau mencapai target kerja karena
tidak mengenal situasi. Jika target kerja tidak terpenuhi buruh mendapatkan sanksi atau hukuman berpengaruh pada
upah yang mereka terima. Pilihan melibatkan anggota keluarga (terutama istri) “terpaksa” mereka lakukan untuk mencapai
target yang ditentukan sepihak oleh perkebunan. Untuk mensiasati agar upah tidak berkurang karena harus membayar
kernet, maka pilihan “paling baik” adalah mengikutsertakan isteri ke ancak. Target kerja yang tinggi dan upah murah
mengharuskan pemanen membawa isteri atau kernet untuk membantu pencapaian target kerja dan premi.