Page 23 - Potret Perjuangan Bapak Hukum Agraria Prof. Boedi Harsono
P. 23

Oloan Sitorus & Taufik N. Huda

            beliau tetap merayakan ulang tahun UUPA yang ke-51 dengan
            caranya sendiri di rumah sakit tempat beliau dirawat sampai akhir
            hayatnya. Kiranya, tidak berlebihan mengatakan bahwa seluruh
            hidup Boedi Harsono diabdikan untuk pengembangan Hukum
            Agraria. Pengabdian terhadap Hukum Agraria inilah yang akan
            dirajut dalam ke-6 (enam) bab buku ini.
                Dalam Bab I ‘Membaca Boedi Harsono’ ini diuraikan realitas
            kekinian (momentum) yang melatarbelakangi tulisan biografi ini.
            Momentum dimaksud adalah lahirnya kembali kegairahan untuk
            melakukan studi keagrariaan di Indonesia. Sebagaimana diketahui,
            sejak tahun 1984, studi-studi kritis keagrariaan menghilang dari
            dunia akademik. Ketika akan memasuki abad XXI kegairahan
            kaum intelektual untuk membangunkan kembali reforma agraria
            yang tentu berkiblat pada UUPA yang menurut beberapa kalangan
            (seperti Gunawan Wiradi) “dipetieskan” selama pemerintahan
            otoritarian Orde Baru. Merujuk pada UUPA tidak dapat dilepaskan
            dari para tokoh pembuatnya,  yang salah satunya Boedi Harsono.
            Lebih daripada sekedar turut menyusun UUPA, Boedi Harsono
            mengabdikan seluruh hidupnya untuk kemajuan Hukum Tanah
            Nasional yang utamanya bersumberkan pada UUPA. Penulis
            menyadari bahwa pelekatan gelar Bapak Hukum Agraria Indone-
            sia adalah tesis yang akan menimbulkan pro-kontra. Oleh karena
            itu, di dalam Bab I ini akan dijelaskan garis besar mengapa Boedi
            Harsono pantas mendapatkan julukan itu.
                Orang besar tidak datang tiba-tiba, oleh karena  itu pada Bab
            II ‘Boedi Harsono Muda’ akan diuraikan apa yang membentuk
            Boedi Harsono menjadi seorang ‘Maestro’ di bidang Hukum
            Agraria. Tentu, selain karena sikap pribadinya, tidak bisa dipung-
            kiri bahwa faktor-faktor eksternal, seperti pendidikan, turut
            membangun Boedi Harsono menjadi ‘Maestro’. Dalam pada itulah,

            10
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28