Page 18 - Permasalahan Surat Ijin Memakai Tanah Negara sebagai Alas Hak dalam Pendaftaran Tanah di Kota Tarakan
P. 18

aspek keperdataan pada seseorang. Penguasaan fisik atas tanah dilindungi
             oleh hukum sepanjang penguasaan tersebut mempunyai itikhad baik,
             sedangkan penguasaan yuridis merupakan kelengkapan administrasi dari
             penguasaan fisik itu sendiri. Dengan demikian, penguasaan seseorang atas
             tanah harus dilandasi dengan penguasaan fisik dan yuridis. Ada kalanya
             penguasaan fisik atas sebidang tanah terselenggara secara tidak langsung,
             misalnya seseorang memiliki tanah pertanian/pekarangan yang secara
             fisik dikuasai oleh pihak lain dalam bentuk perjanjian sewa-menyewa
             yang diakui secara hukum. Dengan demikian secara fisik tanah tersebut
             dikuasai oleh pihak lain, tetapi secara yuridis tanah tersebut dimiliki oleh
             seseorang yang mempunyai dokumen kepemilikan.
                   Sebuah fakta yang hingga saat ini kita hadapi bahwa mayoritas
             bidang tanah belum terdaftar, dan sebuah fakta pula bahwa masih sering
             didapati surat-surat tanah di tengah-tengah masyarakat yang dibuat
             pada masa lalu oleh penguasa/pejabat daerah, seperti Camat dan Kepala
             Desa, atau pun oleh Notaris (Parlindungan, 1999). Surat-surat tersebut
             beragam untuk sekedar menciptakan bukti tertulis dari tanah-tanah yang
             mereka kuasai, tanpa melalui prosedur pendaftaran tanah yang berlaku.
             Tanah-tanah tersebut ada yang belum dikonversi, ada pula tanah-tanah
             yang dikuasai oleh Negara dan kemudian diduduki oleh rakyat tanpa
             pengaturan, atau pun diatur oleh para Kepala Desa dan disahkan oleh para
             Camat. Seolah-olah tanah tersebut telah merupakan hak seseorang atau
             pun termasuk kategori hak-hak adat. Parlindungan (1999) menyatakan
             bahwa setelah berlaku UUPA dan khususnya PP 10/61 maka telah terjadi
             status quo, artinya tidak mungkin lagi diterbitkan surat-surat keterangan
             tentang hak-hak seseorang kecuali menerangkan bahwa tanah tertentu
             memang hak-hak adat. Tanah-tanah yang belum terdaftar atau mengalami
             kesulitan untuk didaftarkan inilah yang pada umumnya merupakan
             penyebab utama timbulnya sengketa/masalah pertanahan.
                   Biasanya hal itu terjadi sejalan dengan perkembangan wilayah, bahwa
             tanah berkembang menjadi sumberdaya yang semakin strategis karena
             jumlahnya yang terbatas dan semakin beragamnya konflik kepentingan
             yang berkaitan dengan tanah. Hal berikutnya yang kemungkinan
             muncul adalah spekulan-spekulan tanah yang mempermainkan tanah
             semata-mata sebagai barang komoditi. Tidak dapat dielakkan ketika
             sebuah wilayah akan dikembangkan ekonominya, para spekulan ini akan
             mencoba peruntungan dengan membeli tanah-tanah berprospek ekonomis


                                                             Tinjauan Pustaka  9
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23