Page 66 - Permasalahan Surat Ijin Memakai Tanah Negara sebagai Alas Hak dalam Pendaftaran Tanah di Kota Tarakan
P. 66

Selorohan tersebut tentu bisa menjadi peringatan bagi semua pihak
             yang terlibat dalam administrasi pertanahan, bahwa SIM-TN dapat lahir
             tanpa penelitian lapangan yang semestinya.

                   Cukup banyak SIM-TN yang terbit di area-area terlarang, seperti
             kawasan hutan lindung, kawasan sempadan (termasuk GSB), WKP, dan
             kawasan militer. Padahal tanah di area/kawasan tersebut merupakan tanah
             yang tidak diperkenankan terbit hak atas tanah oleh para pemangku
             kepentingan masing-masing. Sewaktu tim peneliti mengikuti pengukuran
             beberapa bidang tanah yang akan didaftarkan di area yang berbatasan
             dengan hutan lindung di Kelurahan Mamburungan, menurut petugas
             Kantah bidang-bidang tanah tersebut terletak di ’area yang meragukan’,
             apakah termasuk kawasan lindung atau tidak. Keraguan atas ’area abu-
             abu’ ini cukup beralasan karena Peta Rencana Pola Ruang yang telah
             ditransformasi ke dalam sistem koordinat Peta Dasar Pendaftaran oleh
             Kantah tidak representatif atau tidak dapat menyajikan kebenaran
             geometrik-spasial dengan pasti.
                   Di semua daerah di Indonesia, RTRW dituangkan dalam peta
             Rencana Pola Ruang yang disajikan dengan skala kecil 1:25.000 dan
             dalam proyeksi UTM, sebagaimana kebijakan pemetaan nasional
             yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan
             Nasional (Bakosurtanal ) pada tahun 1974. Sementara ini, peta-peta
                                    3
             dasar pendaftaran tanah disajikan dalam skala besar 1:1.000 dengan
             proyeksi peta TM-3, sebagaimana kebijakan BPN RI pada tahun 1997.
             Ketidaktunggalan kebijakan pemetaan ini perlu disinkronkan dengan
             mewujudkan ’peta tunggal’ agar diperoleh informasi keruangan yang pasti
             terhadap keabsahan hak atas bidang-bidang tanah yang telah lahir dan
             akan dilahirkan dalam mekanisme pemberian hak.
                   BPN dalam melaksanakan pendaftaran tanah bekerja berdasarkan
             kebenaran formal, artinya menerima permohonan kemudian meneliti
             kelengkapan berkas yuridis permohonan tersebut. Jika telah memenuhi
             syarat akan diproses lebih lanjut, tetapi jika tidak lengkap akan
             dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi. Dalam melaksanakan
             kegiatan penelitian berkas permohonan tersebut, berdasarkan kewenangan
             yang dilimpahkan sebagaimana diatur menurut PMNA/KBPN 3/99.



                   3 Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, sekarang berubah nama menjadi Badan
             Informasi Geospasial (BIG)


                            Permasalahan Penguasaan Tanah dan Implikasi Terbitnya SIM-TN  57
   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71