Page 131 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 131

Reforma Agraria: Menyelesaikan Mandat Konstitusi

               inver lahan garapan dalam rekomendasi akhir banyak yang diarahkan ke
               skema PS. Artinya, usulan masyarakat di luar pemukiman berujung pada
               penyelesaian dengan skema Perhutanan Sosial.

                   Sebelum lebih jauh menjelaskan Perhutanan Sosial, penulis ingin
               menggambarkan filosofi dari semangat Perhutanan Sosial, sebab skema
               ini sudah lebih dulu ada sebelum Perpres 88/2017 dikeluarkan, bahkan
               sudah dilakukan dalam bentuk lain sebelum Jokowi-JK berkuasa (Muhsi
               2017). Perpres tersebut semakin meneguhkan agenda PS karena semangat
               dan kehendak negara hadir diwujudkan dalam bentuk kelembagaan yang
               kuat dengan agenda social forestry. Semangat dari PS adalah menjawab
               kebutuhan petani akan tanah untuk melanjutkan penghidupannya. Sela-
               ma ini mereka tinggal di sekitar kawasan hutan namun tidak diberikan
               akses untuk memanfaatkan lahan hutan, padahal mereka membutuh-
               kannya. Menurut San Afri Awang, jika negara tidak hadir dan terus mene-
               rus membiarkan dan mengabaikan dapat menyebabkan situasi yang buruk
               terhadap orang-orang lapar (Awang 2017). Atas dasar kondisi itulah, Dirjen
               Planologi KLHK pada tahun 2016 kemudian mendesain pemanfaatan
               lahan sekitar hutan untuk masyarakat agar bisa dimanfaatkan untuk
               kebutuhan subsistennya. Skema yang ditawarkan bukan pemberian hak
               melainkan pemanfaatan lahannya saja, sementara kepemilikan lahan
               masih di tangan KLHK maupun Perhutani. Semangat itu kemudian
               melahirkan kelembagaan yang akan mengurus izin pemanfaatan lahan
               hutan oleh masyarakat dengan membentuk Dirjen Perhutanan Sosial dan
               Kemitraan Lingkungan Hidup (PSKLH).

                   Lewat Dirjen Perhutanan Sosial kemudian ditawarkan konsep baru
               dalam pemanfaatan hutan untuk menjawab keresahan masyarakat atas
               tuduhan negara tidak hadir. Atas situasi tersebut, Perhutanan Sosial versi
               baru kemudian resmi diusung secara formal dalam bentuk Peraturan
               KLHK, yakni Peraturan Menteri LHK No. P.32/2015 tentang Hutan Hak
               dan Peraturan Menteri LHK No. P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016
               tentang Perhutanan Sosial, tahun berikutnya kembali dikeluarkan
               peraturan terkait Perhutanan Sosial khusus di wilayah Perhutani yakni
               Peraturan Meteri LHK No. P 39/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017 tentang
               Perhutanan Sosial di Wilayah Kerja Perum Perhutani. Permen LHK No.

                                                                         103
   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136