Page 126 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 126

M. Nazir Salim & Westi Utami

            kan dalam rekomendasi adalah resettlement. Persoalannya bisa menjadi
            panjang, jika pemukiman masyarakat masuk dalam hutan konservasi dan
            kebijakannya adalah resettlement, siapakah yang harus membiayai
            pindahnya warga, tanahnya dari mana, dan bagaimana mekanismenya.
            Dalam Peprpes 88/2017 dan Permenko 3/2018 belum diatur mengenai
            hal tersebut, hanya diserahkan kepada pemda setempat. Nyaris mustahil
            membebankan semua itu pada masyarakat yang akan dipindah, karena
            keberadaan mereka dalam hutan konservasi saja sudah menujukkan
            mereka tidak memiliki akses dan kemampuan untuk tinggal di luar hutan
            konservasi. Sementara dari sisi anggaran, BPKH dan Dinas Kehutanan
            Sumsel tidak menyediakan. Satu satunya yang paling mungkin adalah
            diserahkan kepada Pemda setempat untuk menyelesaikannya.
                Di OKUS, hampir semua lahan pertanian kering dan lahan garapan
            masyarakat direkomendasikan untuk diselesaikan dengan skema Per-
            hutanan Sosial. Dari sisi pengakuan masyarakat, banyak usulan yang
            melampirkan bukti penguasaan lebih dari 20 tahun, akan tetapi tim Inver
            tidak mampu diyakinkan dengan bukti-bukti yang ditemukan di la-
            pangan, sehingga tawaran penyelesaiannya tetap PS. Persoalan ini sebe-
            narnya cukup subjektif, sebagaimana pengakuan tim inver, “kita kesulitan
            membuktikan bahwa lahan tersebut telah dikuasai masyarakat lebih dari
            20 tahun, karena tidak cukup bukti, misalnya tidak terdapat tanaman
            tua, atau bukti-bukti lain yang bisa ditemukan di lapangan sebagai
            penguat (Komunikasi dengan Imam Komarodin 2019). Sekalipun dalam
            proses rekomendasinya (rapat-rapat) tetap menghadirkan kepala desa
            dan tokoh masyarakat sebagai wakil dari masyarakat yang mengajukan.
            Akan tetapi masyarakat pengusul tidak mungkin dihadirkan untuk
            “membela diri” terhadap apa yang diajukan.

                Secara aturan, sebagaimana gambar di bawah proses inver PTKH
            tampak sederhana, namun pada praktinya jauh lebih panjang dan rumit.
            Setelah masyarakat mengusulkan lewat kepala desa kepada bupati, bupati
            akan meneruskan kepada Ketua Tim Inver PTKH provinsi. Data yang
            masuk kemudian divalidasi, dan akan dikembalikan jika tidak lengkap,
            namun praktiknya beberapa kabupaten tidak melakukan itu karena keter-
            batasan waktu. Kemudian Tim Inver turun ke apangan untuk melakukan
            verifikasi dan cek lapangan atas apa yang masyarakat usulkan, termasuk

              98
   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131