Page 124 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 124

M. Nazir Salim & Westi Utami

            status, maka tindak lanjut berikutnya adalah perubahan tata batas
            kawasan hutan. Setelah perubahan tata batas, selanjutnya tim kadaster
            ATR/BPN akan turun untuk melakukan pendaftaran dan pemberian
            sertipikat kepada masyarakat. Pada titik inilah kerja Tim Inver dan redis-
            tribusi tanah dianggap selesai setelah melewati beberapa tahapan. Jadi,
            sejatinya PPTKH tidak meredistribusi tanah kepada masyarakat, melain-
            kan “menegaskan” tanah-tanah yang sudah dikuasai masyarakat, namun
            selama ini statusnya dalam kawasan hutan.

                Sementara kriteria 1 sejauh ini laporan yang masuk belum cukup
            clear, dimana saja perusahaan yang sudah menyerahkan tanahnya 20%
            untuk objek redis. Padahal total jumlahnya seluruh Indonesia relatif
            besar, 437.937 hektar. Laporan resmi Dirjen Penataan Agraria 2019 dalam
            Rapat Kerja Nasional 2019 tidak menyebutkan capaian maupun progres
            tanah tersebut, sehingga masih dianggap sampai pada tahap perencanaan
            dan pendataan objeknya di lapangan.
                Dari sisi persoalan dan prospek penyelesaian beberapa kriteria di
            atas, KLHK membuat semacam panduan bagaimana menuntaskan
            beberapa problem terkait data di lapangan. Fakta di lapangan menun-
            jukkan beberapa wilayah pemukiman penduduk di dalam hutan telah
            berstatus hak milik atau sudah diberikan sertifikat. Terhadap realitas
            ini solusi yang ditawarkan langsung perubahan tata batas, sementara
            untuk wilayah yang lahan hutannya kurang dari 30%, maka akan diper-
            lakukan berbeda, misalnya dengan Resettlement, termasuk masyarakat
            yang tinggal di dalam hutan konservasi. Dirjen Planologi KLHK mena-
            warkan skema untuk menyelesaikan dengan beberapa model dan kasus
            yang ditemui di lapangan (Tabel 5).
                Tabel 5 cukup clear dalam menjelaskan penyelesaian lahan-lahan
            masyarakat yang berada dalam kawasan hutan. Berkaca dari praktik inver
            tahun 2018 di Sumatera Selatan, beberapa kasus ditemukan di lapangan
            mampu menggambarkan suasana dan realitas yang terjadi. Misalnya
            pemukiman masyarakat dan Fasum-Fasos yang berada dalam hutan
            produksi dan hutan lindung, maka rekomendasi kebijakan yang diusul-
            kan adalah perubahan tata batas, sementara pemukiman dan Fasum-
            Fasos yang berada dalam hutan konservasi, maka kebijakan yang ditawar-

              96
   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129