Page 122 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 122

M. Nazir Salim & Westi Utami

            dan membutuhkan SDM dari ATR/BPN sekitar 70 orang, namun hanya
            bisa dipenuhi sejumlah 20an orang secara bergantian. Faktanya, di
            lapangan yang bisa membantu hanya beberapa orang karena ATR/BPN
            juga kekurangan SDM. Hal ini menyebabkan kelambatan di beberapa
            kabupaten sehingga sampai akhir 2018 belum berhasil diselesaikan secara
            keseluruhan. Problem ini semestinya disadari secara bersama, karena
            perintah Perpres 88/2017 telah dibentuk tim yang melibatkan tenaga
            utama dari KLHK (BPKH), Dinas Kehutanan provinsi, Kesatuan Penge-
            lolaan Hutan (KPH) kabupaten, dan ATR/BPN, namun pada praktiknya
            kesulitan mengatasi persoalan tersebut. Walaupun pada akhirnya Sumsel
            mampu menyelesaikan 6 kabupaten dari 7 kabupaten yang ditetapkan,
            secara kualitas di lapangan mengalami banyak persoalan, terutama SDM,
            waktu, dan cara kerja untuk memenuhi target (Komunikasi dengan
            Taufik-BPKH, Imam, Arif, dan Hartono-Ketua Regu Tim Inver, April 2019).
            Jika 2019 tidak mengalami perubahan model kordinasi dan tata kerjanya,
            hal yang sama akan kembali menjadi persoalan. Untungnya, tahun 2019
            Sumsel hanya akan menginver 3 kabupaten (Kabupaten OKU, Banyuasin,
            dan Pagar Alam).
                Menurut KLHK, terkait sumber TORA yang akan dilakukan inver
            pada lahan-lahan masyarakat bersumber pada SK No. 180/2017 jo SK No.
            3154/2018 jo SK No 8716/2018 (untuk inver tahun 2018 dan 2019). Objek
            yang akan diinver adalah lahan masyarakat yang masuk dalam kriteria 5
            dan 6 yakni pemukiman, fasum fasos, lahan garapan sawah, dan tambak
            yang masuk dalam Peta Indikatif (Tabel 3). Kriteria ini pada praktiknya
            kemudian dipersempit hanya pada lahan-lahan garapan masyarakat yang
            berada di sekitar pemukiman. Jika lahan garapannya sudah jauh dari
            pemukiman dan warga tidak bisa membuktikan penguasannya lebih dari
            20 tahun, maka rekomendasi yang dikeluarkan cenderung dalam skema
            PS (Komunikasi dengan Taufik dan Imam Komarodin 2019). Dalam
            praktik kebijakan di lapangan yang diambil oleh PPTKH, jika tidak masuk
            dalam PI maka tidak akan dilakukan inver kecuali lahan pemukiman yang
            mendapat perlakuan khusus. Bagi lahan-lahan masyarakat yang berbetuk
            pemukiman sekalipun tidak masuk PI tetap akan dilakukan inver dengan
            rekomendasi perubahan tata batas kawasan hutan (Dinas Kehutanan


              94
   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127