Page 233 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 233

Reforma Agraria: Menyelesaikan Mandat Konstitusi

               bukan merupakan kawasan hutan dan terdapat penguasaan bahkan telah
               diterbitkan hak atas tanah, namun kemudian secara tidak akurat Kemen-
               terian Kehutanan menetapkan tata batas sebagai kawasan hutan atau
               telah melakukan penunjukkan kawasan hutan. Kondisi ini tentunya
               merugikan pihak masyarakat serta menimbulkan permasalahan
               administrasi di bidang pertanahan karena adanya pernerbitan hak atas
               tanah di dalam kawasan hutan. Permasalahan ini juga seringkali menga-
               kibatkan aparat ATR/BPN harus berurusan dengan pengadilan karena
               menerbitkan sertipikat di atas lahan kawasan hutan.
                   Belajar dari Sumatera Selatan, perubahan tata batas dan perubahan
               pengukuhan kawasan hutan mengalami perubahan berkali-kali (sekitar
               6 kali).  Pengukuhan kawasan hutan yang pertama terjadi pada Tahun
               1982, pada saat itu kewenangan kehutanan berada di bawah Kementerian
               Pertanian dengan luas cakupan kawasan hutan lebih 4.624.950 hektar
               (Bangka Belitung masih menjadi satu kesatuan dengan Sumatera
               Selatan). Selanjutnya perubahan penetapan kawasan hutan terjadi pada
               tahun 1986 oleh Menteri Kehutanan melalui SK Nomor 410/Kpts-11/1986.
               Pengukuhan hutan sejak tahun 1982 hingga tahun 1986 mengalami luas
               peningkatan terhadap kawasan hutan yakni dari luasan 4.624.950 hektar
               menjadi 5.214.652 hektar. Perubahan angka yang cukup signifikan ini
               tentunya menimbulkan gejolak apakah terhadap tanah yang dimasukkan
               yang sebelumnya merupakan kawasan non-kehutanan menjadi kawasan
               hutan sudah terdapat penguasaan/pemanfaatan dan/atau penerbitan
               status hak atas tanah di atasnya. Kementerian LHK dalam hal ini tidak
               melakukan identifikasi dan verifikasi secara detail pada tingkat bawah/
               lapangan sehingga seringkali terhadap tanah tersebut sudah terdapat
               penguasaan/hak di atasnya yang berdampak timbulnya permasalahan
               pertanahan.
                   Perubahan dan pengukuhan kawasan hutan kembali lagi mengalami
               perubahan yakni di tahun 2011 dan dua tahun kemudian yakni tahun 2013.
               Ketika pengukuhan terjadi, terdapat perubahan yang sama yakni dari
               kawasan kehutanan terdapat tanah yang dikeluarkan menjadi non hutan
               dan sebaliknya berubahnya kawasan yang sebelumnya sebagai kawasan
               non hutan ditetapkan dan dikukuhkan menjadi kawasan hutan.
               Selanjutnya perubahan pengukuhan kawasan hutan juga kembali terjadi

                                                                         205
   228   229   230   231   232   233   234   235   236   237   238