Page 44 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 44

M. Nazir Salim, Trisnanti Widi R, Diah Retno W.

                        tingannya hanya untuk penarikan pajak bumi (Harsono,
                        1958b).
                            Karena kerumitan dan dibutuhkan keahlian itu pula,
                        pendaftaran tanah setelah terbit peraturan menteri ten-
                        tang tata cara pendaftaran tanah pada tahun 1959 belum
                        bisa dilakukan secara luas, sebab dibutuhkan tenaga yang
                        memadai  untuk  mengerjakannya.  Hal  ini  pula  yang
                        mengilhami  didirikannya Akademi  Agraria pada tahun
                        1963 (Akademi Agraria Yogyakarta) lewat Surat Keputusan
                        Menteri Pertanian dan Agraria  No.SK.36/KA/1963 pada
                        tanggal 24 September 1963 dengan Jurusan Agraria. Men-
                        teri  Pertanian  dan  Agraria menggandeng  Universitas
                        Gadjah  Mada untuk mewujudkan pendidikan tersebut
                        dengan ditandatangani Piagam Kerja sama pada tanggal
                        10 Oktober 1963. Kurang dari satu tahun kemudian, 5 Mei

                        1964  melalui  Surat  Keputusan  Menteri  Pertanian dan
                        Agraria No. 136 Kamp/1964, didirikan pula Akademi Ag-
                        raria Semarang dengan Jurusan Pendaftaran Tanah. Lem-
                        baga akademik tersebut hadir karena persoalan agraria
                        sangat dibutuhkan dan tenaga ahli  di bidang kadaster
                        sangat terbatas.
                            Sebelum Peraturan Menteri Agraria No. 10 tahun 1958
                        TLN No.  1885 keluar,  perdebatan tentang pendaftaran
                        tanah ada pada eigendom kadaster dan  fiscal  cadaster.
                        Pendaftaran tanah masih dilihat semata dari tujuannya
                        untuk menentukan cara dalam melakukannya. Kadaster
                        fiskal yang sudah dilakukan bertujuan untuk pemungut-
                        an pajak tanah, dahulu dikenal dengan pajak bumi (land-
                        rente-Jawa-Madura,  kecuali Yogyakarta-Surakarta, Bali,

                         8
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49