Page 99 - Politik Kelembagaan Agraria Indonesia: Jalan Terjal Pembentukan Kelembagaan dan Kebijakan Agraria, 1955-2022
P. 99

Politik Kelembagaan Agraria Indonesia

                          litkan  hubungan  Indonesia  secara  unilateral,  apalagi
                          masih diharuskan melakukan perundingan secara terus
                          menerus tentang Irian. Padahal situasi politik dan ekono-
                          mi  Indonesia  sedang  terpuruk  yang  membutuhkan
                          banyak dana untuk pembangunan. Secara keseluruhan,
                          isi dari UU di atas mulai pasal 1-10 berisi tentang pem-
                          batalan semua kesepakatan KMB, di antaranya pembatalan
                          itu adalah:

                              Piagam Penyerahan Kedaulatan, akta penyerahan kedaulatan,
                              serta pertukaran surat tentang status quo Irian-Barat dengan ini
                              dihapuskan dan karena itu adalah batal. Uni Indonesia- Nederland
                              sebagai dimaksudkan dalam Status Uni, persetujuan-persetujuan
                              dan pertukaran surat tentang hal kerjasama, baik di lapangan
                              urusan Luar Negeri, Pertahanan dan Kebudayaan, lapangan
                              Perekonomian dan Keuangan.

                              Dan hal yang menarik pada Pasal 7 disebutkan terkait
                          dengan kepentingan Belanda yang ada di wilayah Indo-
                          nesia  semua tunduk  dalam  aturan-aturan  Indonesia.
                          Namun secara khusus, terkait Hak, Konsesi, Izin, dan cara
                          menjalankan perusahaan Belanda akan diindahkan jika
                          tidak bertentangan  dengan kepentingan pembangunan
                          negara. Perlakuan terkait hal itu tidak dapat didasarkan
                          atas hak-hak istimewa dengan alasan apa pun. Terkait hak
                          atas tanah, konsesi, dan izin-izin perkebunan skala luas
                          inilah yang  luput dari  “kemarahan Sukarno”,  bahkan
                          kemudian  hari  menjadi  persoalan  yang  panjang  dan
                          menimbulkan kerugian besar bagi Indonesia dan Kemen-
                          terian  Agraria, khususnya ketika menjalankan  landre-
                          form, karena erfpacht yang luas, perusahaan-perusahaan


                                                                              63
   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104