Page 139 - Transformasi Masyarakat Indonesia dan Historiografi Indonesia Modern
P. 139
Djoko Suryo
2. Awal Mula Menjadi Desa dan Kota Pekalongan:
Di Bawah Kerajaan Demak dan Mataram
Sampai abad ke-16 wilayah Pantai Pekalongan dan sekitarnya
masih merupakan daerah yang jarang dihuni penduduk, dan
masih banyak tertutup hutan belantara. Sementara di daerah lain,
yaitu Demak, Jepara, Kudus dan Pati telah berkembang menjadi
daerah penting. Wilayah Pantai Pekalongan berkembang setelah
daerah pedalaman yang terletak di daerah perbukitan tumbuh
menjadi pedesaan yang makmur. Tome Pires menyebutkan
bahwa wilayah pedesaan Pekalongan tersebut dikuasai oleh
seorang pangeran muslim dari Kerajaan Demak (Tome Pires).
Perkembangan wilayah Pekalongan dan wilayah pesisir lain-
nya mengalami peningkatan pada awal abad ke-17, bersamaan
dengan perluasan wilayah Kerajaan Mataram di bawah Sultan
Agung (1613-1645). Schrieke secara rinci menggambarkan ada-
nya hubungan antara pusat kerajaan dengan wilayah pesisir yang
dikuasai oleh Mataram ini melalui jalur jalan darat yang menjulur
dari kota istana ke Kota Tegal, Pemalang, Kendal, dan Jepara. 1
Menurut sumber lokal, yaitu Babad Pekalongan, kelahiran
desa yang kemudian menjadi Kota Pekalongan berkaitan erat
dengan kisah tokoh Jaka Bahu berasal dari desa Kesesi, yang
disuruh oleh pamannya Ki Cempaluk untuk mengabdi kepada
Sultan Agung, Raja Mataram. Jaka Bahu mendapat tugas untuk
memboyong Putri Ratamsari dari Kalisalak (Batang) ke istana,
akan tetapi Jaka Bahu jatuh cinta pada putri tersebut. Sebagai
hukumannya Jaka Bahu diperintahkan untuk mengamankan
daerah pesisir yang terus diserang oleh Bajak Laut Cina. Ia
kemudian bersemedi di Hutan Gambiran. Setelah itu, Jaka Bahu
berganti nama Bahu Reksa, dan mendapat perintah dari Sultan
Agung untuk mempersiapkan pasukan dan membuat perahu
untuk membentuk armada yang kemudian melakukan serangan
1 B. Schrieke, Ruler and Realm in Early Java (Tha Hague and Bandung:
W, van Hoeve, 1959).
118