Page 142 - Transformasi Masyarakat Indonesia dan Historiografi Indonesia Modern
P. 142

Transformasi Masyarakat Indonesia...

               tokoh Kyahi atau Ulama Pekalongan memiliki kedudukan dan
               fungsi penting dalam dinamika kehidupan sosial, politik dan
               kebudayaan di daerah perkotaan dan di pedesaannnya. Sejak
               awal abad ke-20 Kota Pekalongan telah menjadi wilayah perge-
               rakan Sarekat Islam, Muhammadiyah, dan Nahdatul Ulama, di
               samping pergerakan partai-partai politik pada zaman perge-
               rakan nasional yang memperjuangkan kemerdekaan Indone-
               sia. Dengan demikian Kota Pekalongan telah berkembang secara
               dinamis dari masa-masa awal baik dalam kegiatan sosial, eko-
               nomi, politik maupun kultural. Segi-segi yang khas dari orang
               Pekalongan dan yang menjadi identitasnya antara lain adalah
               dialek bahasa tuturnya, gaya pakaian, gaya hidup, dan corak
               hubungan pergaulan sosialnya.

               3. Menjadi Kota Pelabuhan dan Perdagangan: Di Bawah
                  VOC pada abad ke-18 dan Pemerintah Kolonial abad ke-19

                   Kota Pekalongan makin berkembang ketika Daerah Pesisir
               Utara Jawa jatuh ke tangan VOC dari kekuasaan Kerajaan Ma-
               taram setelah berakhirnya Pemberontakan Cina pada 1743. Di
               bawah kekuasaan VOC Kota Pekalongan meningkat menjadi
               kota pelabuhan dan kota perdagangan bagi komoditi ekspor di
               wilayah Pekalongan, seperti beras, gula, dan nila, dan sebalik-
               nya barang impor dari luar bagi wilayah Pekalongan dan seki-
               tarnya. Sejak itu Pelabuhan Pekalongan ditangani oleh seorang
                                                      3
               Syahbandar, yang umumnya orang Cina.  Sejak itu banyak pen-
               datang Cina datang ke wilayah Pekalongan untuk membuka
               usaha pertanian dan perdagangan.
                   Keramaian kota semakin meluas dan meningkat lagi ketika
               Sistem Tanam Wajib atau Cultuurstelsel (1830-1870) dilaksanakan
               di wilayah pedalaman Pekalongan. Demikian pula setelah Sistem
               Tanam Wajib diganti dengan Sistem Perkebunan pada 1870, telah


                   3  Kwee Hui Kian, The Political Economy of Java’s Northeast Coast, c. 1740-
               1800: Elite  Synergy  (Leiden-Boston: Brill, 2006), hlm. 90.

                                                                        121
   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147