Page 144 - Transformasi Masyarakat Indonesia dan Historiografi Indonesia Modern
P. 144

Transformasi Masyarakat Indonesia...

               Hindia Belanda. Sejak 1800  wilayah  Pekalongan, seperti halnya
               wilayah lainnya, termasuk menjadi wilayah kekuasaan Peme-
               rintahan Kolonial Hindia Belanda. Gubernur Jendral Daendels
               (1808-1811) mengadakan reorganisasi pemerintahan dengan
               membentuk kesatuan administrasi pemerintahan prefektur, yang
               pada masa pemerintahan Raffles (1811-1816) diganti dengan
               sistem Residensi (Residency), yang selanjutnya diteruskan pada
               masa Pemerintahan Kolonial Belanda sejak 1816. Pada masa awal
               wilayah di Pesisir Utara Jawa bagian barat dibagi menjadi dua
               wilayah keresidenan, Wilayah Keresidenan Tegal dan Keresi-
               denan Pekalongan. Keresidenan Tegal membawahi Kabupaten
               Brebes, Tegal, dan Pemalang, sementara Keresidenan Peka-
               longan, membawahi Kabupaten Pekalongan dan Batang. Pada
               akhir abad ke-19 kedua keresidenan itu digabung menjadi satu
               keresidenan, yaitu Keresidenan Pekalongan dan berlangsung
               hingga masa wilayah keresidenan di Indonesia dihapuskan pada
               sekitar 1950-an.
                   Sejak 1800, Kota Pekalongan  menduduki posisi sentral yaitu
               menjadi ibu kota dua wilayah administrasi pemerintahan pada
               tingkat kabupaten dan tingkat keresidenan. Kedudukan ganda
               tersebut telah menjadikan Kota Pekalongan semakin berkem-
               bang dan menduduki tempat yang strategis, baik dalam bidang
               administrasi pemerintahan kolonial, maupun dalam bidang
               perekonomian dan politik. Sentralitas Kota Pekalongan atas
               wilayah keresidenan cukup penting bagi perkembangan Kota
               Pekalongan sendiri. Tata ruang kota makin meluas dan demikian
               halnya wilayah teritorial kotanya, sejalan dengan perkembangan
               penduduk kota dan kepadatan serta kesibukan kota yang sema-
               kin meningkat  sejak awal abad ke-19 sampai awal abad kje-20.
               Semenjak itu banyak gedung-gedung baru  dibangun untuk ke-
               diaman residen, kantor keresidenan, kantor pengadilan, kantor
               perpajakan, perdagangan dan kantor-kantor lainnya di wilayah
               Kota Pekalongan.
                   Menurut Bleeker pada tahun 1845 penduduk Kota Peka-

                                                                        123
   139   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149