Page 225 - Transformasi Masyarakat Indonesia dan Historiografi Indonesia Modern
P. 225
Djoko Suryo
pergerakan Islam modern, seperti Muhammadiyah, Nahdatul
Ulama, dan organisasi sosial-keagamaan serta organisasi politik
kepartaian Islam lainnya yang lahir pada abad ke-20, dapat
dipandang sebagai penerus gelombang gagasan budaya profetik
ini. Mengenai bagaimanakah gelombang gagasan atau ide
budaya profetik ini berlangsung dari masa lampau hingga masa
kini, menarik untuk disoroti dalam tulisan singkat ini.
Untuk memahami kelangsungan dan perubahan perwu-
judan gagasan dan pemikiran budaya profetik tersebut perlu
kiranya digunakan pendekatan hermeneutika dan dekonstruksi.
Melalui pendekatan ini, yaitu dengan menempatkan gelombang
arus budaya profetik sebagai wacana jalinan pemaknaan “teks-
konteks-interteks”, diharapkan akan dapat diperoleh pema-
haman kembali tentang pemaknaan baru yang berkaitan dengan
élan vital gerakan budaya itu dalam konteks kehidupan budaya
masyarakat Indonesia pada masa kini.
Dari perspektif sejarah, arus gagasan dan perwujudan pem-
bentukan budaya profetik di Indonesia pada hakekatnya dapat
dibagi menjadi empat gelombang gagasan peradaban profetik,
yaitu Gelombang I, Gelombang II, Gelombang III, dan Gelom-
bang ke IV. Gelombang I mencakup periode pertumbuhan pada
sekitar abad ke-16-17. Gelobang II mencakup periode perkem-
bangan pada abad ke-18-19. Gelobang III mencakup periode
perubahan dan perkembangan awal abad ke-20 sampai sekitar
tahun 1970-an, dan Gelombang IV mencakup periode perubahan
dan perkembangan pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-
21. Gambaran singkat dinamika masing-msaing gelombang pada
zamannya masing-masing dapat dikemukakan sebagai be-
rikut.
1. Gelombang I : Arus Pertumbuhan dan Bentuk Perwu-
judan Gagasan Pembentukan Masyarakat Bertamaddun
Profetik di Nusantara pada abad ke-16-17
Periode ini antara lain ditandai dengan kecenderungan-ke-
204