Page 114 - Ranah Studi Agraria: Penguasaan Tanah dan Hubungan Agraris
P. 114
Sistem Tebasan, Bibit Unggul dan ...
menjadi sangat mengecil. Banyak sekali yang dulunya klien
petani ternyata kemudian tidak mampu menjadi patron baru
dan ini berarti tambahan orang yang memasuki armada
penganggur. Sekalipun demikian, mereka yang berhasil mem-
peroleh patron penebas, akan mendapat keuntungan lebih be-
sar dari yang dulunya mereka terima dari patron petani. Dan
jika mereka memperoleh keuntungan lebih besar, dengan sen-
dirinya mereka mendukung dan melindungi penebas dengan
lebih hebat. Dengan adanya sebagian besar kelompok masya-
rakat, baik penduduk desa yang miskin maupun lurah dan
pemimpin-pemimpin desa yang relatif kaya, yang telah menye-
tujui perubahan pola kebudayaan bertani tersebut, kemung-
kinan besar mayoritas warga desa juga akan menerima inovasi
baru. Sebab kalau sesuatu sudah diterima oleh warga desa
setempat, hampir mustahil bagi buruh panen yang tersisihkan
untuk melakukan protes yang efektif.
Oleh karena siklus bercocok tanam padi sebenarnya meru-
pakan bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan masyara-
kat desa, maka suatu perubahan dari sistim bawon yang tradi-
sional menjadi sistim tebasan, pada hakikatnya hal itu menun-
jukkan suatu perubahan kultural yang sangat penting di
pedesaan. Mungkin dalam suasana dan lingkungan yang bisa
menunjang, daerah pedesaan Jawa akan mengalami perubahan
kultural yang sangat pesat sekali. Musim panen di daerah-
daerah pedesaan sampel umumnya berlangsung selama kira-
kira tiga bulan, akan tetapi buruh panenan mempunyai kesem-
patan kerja panen hanya untuk waktu kira-kira 25 hari (Tabel
2.8.)
45