Page 63 - Ranah Studi Agraria: Penguasaan Tanah dan Hubungan Agraris
P. 63
Ranah Studi Agraria
bahwa pangsa sektor jasa terus meningkat, benarkah hal itu
disumbang oleh jenis pekerjaan yang menuntut keahlian yang
tinggi (sebagai salah satu penanda transformasi kualitatif struk-
tur ketenagakerjaan), ataukah justru oleh ribuan usaha infor-
mal yang menyerbu kota, sebagai dampak dari ketersingkiran
tenaga kerja di pedesaan?
Selanjutnya, benarkah tiga “resep” tersebut memang su-
dah berjalan mulus di Indonesia, seperti klaim Report Bank
Dunia itu. Ataukah sebaliknya, justru kapitalisme telah meng-
hasilkan kemiskinan dan ketimpangan baru dengan cara yang
sepenuhnya sama dengan tiga “resep” yang diajukan sebagai
cara-cara keluar dari kemiskinan di pedesaan? Hal terakhir
inilah persisnya yang disoroti secara tajam oleh GWR dan para
koleganya ketika mereka mengungkapkan dua fenomena
berbanding terbalik “marjinalisasi” dan “akumulasi” di pede-
saan seiring dengan proses intensifikasi usahatani rumah-
tangga.
Pengantar ini tidak bermaksud untuk membahas lebih lan-
jut soal ini secara panjang lebar. Namun dengan menempatkan
6
hasil-hasil studi SAE di era 1970-an dan 1980-an ini dalam
konteks “manifesto Bank Dunia” baru-baru ini, maka lonceng
“debat agraria” babak berikutnya telah mulai dibunyikan. Ten-
tu saja, apabila pada babak-babak terdahulu GWR berperan
besar dalam debat itu, maka ronde kali ini menantikan kiprah
6 Untuk diskusi lebih jauh mengenai hal ini, cf. Noer Fauzi, Laksmi
Savitri dan Moh. Shohibuddin, “Questioning Pathways out of Pov-
erty: Indonesia as an illustrative case for the World Bank’s Trans-
forming Countries,” forthcoming.
lxii