Page 62 - Ranah Studi Agraria: Penguasaan Tanah dan Hubungan Agraris
P. 62
Pengantar Penyunting
cially oriented smallholder farming), memberagamkan usaha
non-pertanian di pedesaan, dan migrasi keluar pedesaan.
Perombakan struktural melalui landreform tidak disinggung-
singgung sebagai jalan untuk mewujudkan transformasi!
Report itu kemudian menempatkan Indonesia sebagai
negara dalam tahapan “transforming countries” yang ditandai
dengan pangsa sektor pertanian terhadap PDB yang sudah tidak
dominan (rata-rata hanya 7% terhadap pertumbuhan PDB),
namun kemiskinan masih dominan berada di pedesaan. Hal
ini terbukti dari penurunan angka kemiskinan di pedesaan
antara 1980-2001, pertumbuhan pesat pangsa non-pertanian
terhadap lapangan kerja pedesaan pada 1990-1995, dan mig-
rasi ke kota-kota kecil dan menengah yang menawarkan potensi
lebih besar bagi rumahtangga miskin pedesaan dibanding kota-
kota besar. Report itu bahkan lebih jauh menyatakan bahwa
Indonesia sebenarnya “already in the transforming category
in the 1970s, further reduced the share of rural poverty” (p. 30).
Apabila “nujuman” Report Bank Dunia itu kita tempatkan
dalam konteks temuan lapangan yang dimuat dalam laporan-
laporan yang dihimpun dalam volume ini, maka gambaran
optimistik itu patut diuji kembali. Tanpa bermaksud mengulas
Report tersebut secara mendalam, namun patut dipertanya-
kan, misalnya hal-hal sebagai berikut. Dalam konteks ketim-
pangan struktural seperti digambarkan oleh tulisan-tulisan da-
lam volume ini, apakah menurunnya pangsa sektor pertanian
relatif terhadap sektor industri dan jasa menggambarkan sebu-
ah transformasi dalam arti yang kualitatif? Jenis industri apa
yang sebenarnya berkembang dan apakah benar ia memiliki
keterkaitan yang kuat dengan sektor pertanian? Jika benar
lxi