Page 58 - Ranah Studi Agraria: Penguasaan Tanah dan Hubungan Agraris
P. 58
Pengantar Penyunting
Seperti telah dikemukakan di atas, barulah pada tahap
penelitian SDP masalah penguasaan tanah menjadi perhatian
khusus dalam sensus semua desa maupun survey di desa-desa
sampel. Namun pada fase awal penelitian SDP, menanyakan
masalah tanah kepada penduduk desa masih merupakan soal
yang sangat sensitif. Informasi mengenai soal ini lebih banyak
bersumber dari informasi kualitatif, sementara data sensus
dan survey mengenai variabel ini dinilai kurang dapat dian-
dalkan. Berdasarkan penuturan GWR, ketika semua peneliti
berdiskusi untuk mengevaluasi reliabilitas dari variabel-
variabel yang ditanyakan dalam kuesioner sensus dan survey,
skor untuk variabel penguasaan tanah ternyata “jeblok” dalam
penilaian sebagian besar peneliti. Hal ini bukan karena variabel
penguasaan tanah tidak penting, melainkan karena responden
cenderung memberikan informasi yang kurang akurat karena
takut membicarakan isu yang dapat membahayakan dirinya
ini. Memasuki era 1980-an barulah persoalan tanah ini dapat
dibicarakan secara lebih terbuka.
Tulisan-tulisan GWR (sebagai penulis utama maupun
penulis-teman) pada akhir 1970-an hingga akhir 1980-an men-
cerminkan perhatian pada soal penguasaan tanah dan proses
diferensiasi agraria yang terjadi di pedesaan. Secara nyata
diperlihatkan proses pemusatan penguasaan tanah yang ber-
langsung melalui berbagai cara seperti sewa-menyewa, gadai-
menggadai, maupun melalui pemilikan dengan pembelian;
suatu proses yang didorong oleh usahatani padi sawah yang
kian padat modal. Dengan demikian, maka kesempatan para
tunakisma untuk dapat menguasai tanah melalui sewa-menye-
wa dan bagi hasil menjadi kian terbatas, dan tingkat ketunakis-
lvii