Page 59 - Ranah Studi Agraria: Penguasaan Tanah dan Hubungan Agraris
P. 59
Ranah Studi Agraria
maan pun meningkat pesat. Para pemilik tanah kini lebih suka
untuk menggarap sendiri tanahnya secara komersial daripada
menggarapkan (sewa, bagi hasil) kepada orang lain serta men-
jalankan peran tradisionalnya sebagai patron.
Lantas dari manakah para petani gurem dan tunakisma
bisa menghasilkan pendapatan? Tulisan-tulisan itu menunjuk-
kan bahwa memang untuk semua lapisan petani, pendapatan
yang bersumber dari sektor nonpertanian menyumbang pro-
porsi cukup besar dibanding pendapatan dari sektor pertanian.
Apakah dengan demikian transformasi struktur ketenagaker-
jaan pedesaan sudah terjadi? Ternyata tidak, karena luas pemi-
likan tanah berjalan sejajar dengan jangkauan terhadap
sumber-sumber pendapatan di luar sektor pertanian. Dengan
demikian, pendapatan dari sektor non-pertanian lebih dimiliki
para pemilik tanah luas daripada pemilik tanah sempit atau
lebih-lebih para tunakisma. Hal ini menimbulkan dua proses
yang saling berhubungan, yaitu di satu pihak “marginalisasi”
di kalangan sebagian besar angkatan kerja pedesaan, dan di
lain pihak “akumulasi” modal dan investasi di antara golongan
petani kaya dan elit desa. Inilah yang menjadi fokus pemba-
hasan empat tulisan yang dipilih dan dicantumkan dalam Ba-
gian Kedua buku ini.
Temuan-temuan lapangan yang dihasilkan dari studi
empiris ini mengantarkan GWR pada pertanyaan kunci dalam
4
diskusi mengenai agrarian transformation, yaitu ke arah ma-
4 Dengan mengutip Harris (1982), GWR mengartikan “agrarian trans-
formation” sebagai: “Suatu proses perubahan keseluruhan sistem
hubungan sosial-ekonomi masyarakat pedesaan, yang mengacu
kepada suatu perubahan dari struktur masyarakat yang bersifat
lviii