Page 91 - Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria, 2006-2007 Bunga Rampai Perdebatan
P. 91
M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)
dan ketimpangan penguasaan dari sumber-sumber agraria.
Keempat, data konflik agraria yang ada memperlihatkan
bahwa sebagian besar konflik ada pada sektor-sektor –
seperti perkebunan, kehutanan, kawasan industri - yang
mengindikasikan konflik-konflik yang menyangkut orang
banyak, komunitas sebagai keseluruhan dan menyangkut
instansi-instansi pemerintah. Kelima, sengketa-sengketa
agraria kini melibatkan kekerasan massal, pengerahan aparat
keamanan dan preman, penahanan petani dan korban jiwa.
Dengan indikator-indikator seperti ini, maka sengketa agra-
ria masa kini tidak dapat disebut sengketa biasa, namun
sengketa-sengketa yang mempunyai akar kedalam struktur
dan sistim kekuasaan serta sistim ekonomi dominan yang
berlaku. Makalah ini akan menyoroti akar-akar sengketa
agraria yang ada dan konsekwensinya bagi strategi solusi.
1. Sentralisasi SDA oleh Negara dan Sengketa Agraria
Sengketa agraria modern Indonesia berawal dari inter-
vensi negara kolonial di abat ke 19 kedalam sistim pengua-
saan sumberdaya dan sistim produksi masyarakat lokal
dalam rangka intensifikasi exploitasi kolonial. Disebut seba-
gai sengketa agraria modern untuk memisahkannya dari
sengketa agraria yang pasti ada di dalam konteks negara-
negara kerajaan pra-kolonial. Disebut sebagai sengketa
agraria modern karena merupakan sengketa agraria yang
meletakkan masyarakat lokal berhadapan dengan negara
(kolonial) dalam rangka pengintegrasian ekonomi lokal dan
sumberdaya lokal kedalam ekonomi dunia melalui kelem-
bagaan ekonomi dan teknologi baru. Usaha untuk mengin-
tegrasikan ekonomi lokal kedalam ekonomi dunia dengan
44