Page 45 - Problem Agraria, Sistem Tenurial Adat, dan Body of Knowledge Ilmu Agraria- Pertanahan (Hasil Penelitian Sistematis STPN 2015)
P. 45

Analisis Hukum Penguasaan dan Pemanfaatan Tanah ...  27


              hubungan kerja antara Kotamadya Batam dengan Otorita Pengembangan
              Daerah Industri Pulau Batam.

                  Keputusan Presiden Nomor 7  Tahun  1984  tersebut  telah mengatur
              tentang koordinasi kedua institusi sebagai berikut:
                  Pasal 2, menyebutkan :  Walikotamadya Batam,  sebagai Kepala
              Wilayah adalah  penguasa  tunggal di  bidang  pemerintahan dalam arti
              memimpin  pemerintahan, membina kehidupan masyarakat Kotamadya
              Batam di semua bidang dan mengkoordinasikan bantuan dan dukungan
              pembangunan daerah industri Pulau Batam.
                  Pasal  3  huruf  f, menyebutkan :  Walikotamadya Batam bersama
              OPDIPB  secara  periodik mengadakan  rapat koordinasi  dengan instansi-
              instansi  pemerintahan  lainnya,  guna  mewujudkan  sinkronisasi  program
              di antara mereka dan sejauhmana mengenai pelaksanaan pembangunan,
              sarana,  prasarana dan  fasilitas  lainnya  yang diperlukan dalam  rangka
              pengembangan Daerah Industri Pulau Batam.
                  Perkembangan  selanjutnya,  telah  terbit Keputusan Presiden Nomor
              28 Tahun 1992 yang memperluas daerah pengembangan tidak saja Pulau
              Batam, tetapi juga Pulau Rempang dan Pulau Galang, serta beberapa pulau
              kecil  yang berada  di  sekitar Batam – Rempang – Galang  (BARELANG)
              dengan luas wilayah seluruhnya sekitar 715 Km  (115 % dari luas Singapura).
                                                      2
              Pada  tahun 1998,  terbit Keputusan Presiden Nomor 94 Tahun 1998yang
              merupakan  penyempurnaan  Keputusan  Presiden  Nomor  41  Tahun  1978,
              yang memperluas  daerah industri  hingga  daerah BARELANG,  dengan
              tujuan  untuk menangkap  peluang  investasi yang  lebih besar dan  untuk
              memperlancar usaha pengembangan industri.


              e) Tahun 1998 - 2005
                  Periode  ini  dikenal  sebagai periode pengembangan pembangunan
              prasarana dan penanaman modal lanjutan, dengan perhatian lebih besar
              pada kesejahteraan rakyat dan perbaikan iklim investasi. Kepemimpinan
              pengelolaan Batam beralih kepada Ismeth Abdullah hingga tahun 2005.

                  Pada  tahun 1999,  era Otonomi Daerah bergulir  dengan
              diimplementasikan Undang-Undang Nomor 53  Tahun 1999  (UU  53/99)
              sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2000,
              maka  Batam  yang  semula sebagai  Kota  Administratif,  statusnya  diubah
              menjadi  daerah  otonom Kota Batam,  yang  mempunyai 20 kewenangan
              daerah yang sama seperti daerah otonom lainnya di Indonesia. Berkaitan
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50