Page 47 - Problem Agraria, Sistem Tenurial Adat, dan Body of Knowledge Ilmu Agraria- Pertanahan (Hasil Penelitian Sistematis STPN 2015)
P. 47

Analisis Hukum Penguasaan dan Pemanfaatan Tanah ...  29


              pertama berlangsung  dari  tahun 1971 hingga 1983,  yang mana Badan
              Otorita Batam  sebagai  pemerintahan  tunggal.  Seiring  dengan
              perkembangan pembangunan daerah dan pertambahan penduduk, pada
              awal  1980-an  dipandang  perlu  adanya  pengaturan  khusus  dalam  hal
              penyelenggaraan pelayanan pemerintahan. Berkaitan dengan hal tersebut
              diperlukan lembaga di luar Badan Otorita yang berperan mengatur fungsi
              pemerintahan yang berdaya guna dan berhasil guna. Atas pertimbangan
              tersebut, Pemerintah  mengeluarkan  Peraturan  Pemerintah  Nomor  34
              Tahun 1983 tentang Pembentukan Kota Administratif Batam di Wilayah
              Propinsi Daerah Tingkat I Riau sebagai perangkat dekonsentrasi. Sejak saat
              itu pengelolaan Batam melibatkan dua lembaga, yaitu Badan Otorita dan
              Pemerintah Kota Administratif.

                  Perubahan  yang  signifikan  terjadi  pada  era  Reformasi  dengan
              dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22  Tahun 1999  tentang
              Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
              Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Daerah, yang menjadikan
              Kota Batam sebagai Pemerintahan Kota Otonom yang sama kedudukannya
              dengan kota/kabupaten lainnya  di Indonesia.  Kedua  perundangan itu
              dalam perkembangan berikutnyamasing-masing diubah dengan Undang-
              Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004.
                  Tantangan utama yang dihadapi Kota Batam saat ini adalah bagaimana
              mengharmoniskan kewenangan ’dua pemerintahan’, yaitu BP Batam dan
              Pemkot,  terutama  dalam pengaturan ruang  kota  sehingga pengelolaan
              kota dapat berkembang dengan optimal. Diperlukan hubungan sinergitas
              antara keduanya  sehingga  tujuan  awal  pembangunan Batam  yang
              secara  terencana dimaksudkan  untuk  memberikan  kontribusi dalam
              kemajuan perekonomian nasional, pada era Otonomi saat ini tetap dapat
              dilaksanakan.  Kota Batam mempunyai  potensi  dan kemampuan  aktual
              dalam memberi kontribusi bagi kemajuan perekonomian nasional maupun
              daerah sekitarnya. Posisi geografis Batam yang bisa dibilang dekat dengan
              Singapura sangat potensial dalam mendulang luapan keuntungan ekonomi.
              Nilai ekonomis Batam menanjak pesat sejak dikembangkan Pemerintah.
              Pada tahun 2003 saja, ekspor non migas melalui Batam memberi kontribusi
              sekitar 14% daripada nilai ekspor non migas nasional, dan menyumbang
              11% dari nilai total penanaman modal asing yang masuk ke Indonesia .
                                                                         2


              2   Sumber BPK PBPB Batam.
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52