Page 78 - Problem Agraria, Sistem Tenurial Adat, dan Body of Knowledge Ilmu Agraria- Pertanahan (Hasil Penelitian Sistematis STPN 2015)
P. 78

Tjahjo Arianto, Tanjung Nugroho, Eko Budi Wahyono
            60
            4.  Kasus Tuntutan HIMAD Purelang

                Areal yang ditunjuk Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1973 ternyata
            termasuk bekas  areal Hak Guna Usaha. Penguasaan  tanah juga  terjadi
            pada tanah eks Hak Guna Usaha yang tebit sejak tahun 1967 atas nama PT.
            MANTRUST yang Hak Guna Usaha tersebut berakhir tanggal 24 September
            1986. Perkebunan ini terletak di Pulau Rempang, tanah yang sudah ditinggal
            pemegang haknya  tersebut  saat ini  sebagian besar  telah  dikuasai  oleh
            masyarakat. Secara hukum bahwa hapusnya Hak Guna Usaha tidak otomatis
            hak kepunyaan dari bekas pemegang Hak Guna Usaha itu hilang hapus.

                Tuntutan  ganti kerugian  tanam  tumbuh jenis  vegetasi kelapa laut
            dari perusahaan eks penegang HGU telah membingungkan pihak Kantor
            Pertanahan Kota Batam, karena kondisinya sejak lama dalam penguasaan
            masyarakat. Di Pulau Galang juga terdapat kasus penguasaan tanah yang
            tidak jelas oleh masyarakat. Pulau Rempang dan Galang adalah pulau-pulau
            besar yang telah terhubung darat dengan Pulau Batam setelah dibangunnya
            jembatan Barelang.Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)  Himpunan
            Masyarakat  Adat  Pulau  Rempang  dan  Galang  (  HIMAD PURELANG)
            mengaku menguasai bidang tanah, di sebagian besar areal Pulau Rempang
            dan Pulau Galang yang merupakan areal Hak Pengelolaan yang ditunjuk
            oleh Keputusan Presiden.
                Tantangan utama yang dihadapi dalam bidang kebijakan pengaturan
            keruangan  di  areal  Hak Pengelolaan BP Batam  seperti  telah  diuraikan
            sebelumnya adalah bagaimana mengharmoniskan dua kewenangan yaitu
            kewenangan BP Batam dan kewenangan Pemerintah Kota Batam, sehingga
            tercapai  pengelolaan wilayah  berkembang dengan optimal.  Diperlukan
            hubungan sinergitas antara keduanya sehingga tujuan awal pembangunan
            Batam yang secara terencana dimaksudkan untuk memberikan kontribusi
            dalam kemajuan perekonomian nasional, pada era Otonomi saat ini tetap
            dapat dilaksanakan. 7

                Masalah  tuntutan HIMAD PURELANG adalah masalah peruntukan
            penggunaan ruang wilayah antara BP Batam, dan pihak Kehutanan. Sebagai
            akibatnya rencana tata ruang oleh pihak BP Batam belum dapat disusun
            dengan mantap dan sinkron. Masalah ini telah berlangsung berlarut-larut,
            hingga dipandang telah menghambat jalannya pengembangan Kota Batam
            pada khususnya, dan daerah-daerah lain di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).


            7   Sumber BP Batam.
   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83