Page 242 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 242
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Beralih ke Magelang, hari ulang bulang kemerdekaan Republik
Indonesia dirayakan tanggal 18 November 1945. Rapat raksasa
perayaan di pusatkan di Alun-alun Magelang. Perayaan itu sekaligus
menjadi ungkapan syukur atas kemenangan rakyat Magelang mengusir
Nica. Dalam upacara yang dimulai sejak pagi (?) itu pula, salah seorang
wakil pemuda Magelang (?) dengan lantang berpidato, “Inilah hasil
perdjoeangan pemoeda2 Magelang jang dianggap betina oleh
pemoeda2 loear Magelang” .
104
Sementara itu, perayaan ulang bulan kemerdekaan tanggal 17
Desember 1945 dirayakan secara nasional dipusatkan di Solo.
Bertempat di Alun-alun pukul 04.00 sore, perayaan itu diikuti oleh
rakyat yang membawa tulisan-tulisan berbunyi “Basmilah mata2 nica”,
“Laskar Rakyat bertempoer”, serta “moesoeh hantjur”. Selanjutnya,
perayaan dihadiri pula presiden dan wakil presiden Republik Indonesia,
perdana menteri, susuhunan, Mangkunegara serta bangsawan-
bangsawan baik Kasunanan maupun Mangkunegaran. Dalam
kesempatan itu pula, perdana menteri menganjurkan supaya rakyat
Indonesia mengokohkan persatuan. Sementara presiden membangkitan
rakyat dengan menyerukan semangat “sekali merdeka akan tetap
merdeka”.
Di Yogyakarta, upacara peringatan hari ulang bulan
kemerdekaan Desember dirayakan di masing-masing Kemantren.
Berbagai sambutan dalam upacara bendera di Yogyakarta ditujukan
untuk memberi penjelasan tentang arti kemerdekaan sekaligus
menebalkan semangan perjuangan dalam membela dan menegakkan
Republik Indonesia. Selain upacara bendera, masih mengutip
Kedaulatan Rakjat, peringatan hari ulang bulan kemerdekaan
dilanjutkan dengan gerak jalan yang dilakukan oleh Tentara Keamanan
rakyat menuju ke Tegal Rejo .
105
Masih mengenai perayaan ulang bulan kemerdekaan 17
Desember 1945, di pedesaan Purworejo peristiwa itu dijadikan sebagai
kesempatan untuk mengakhiri pemerintahan debelan. Pemerintahan
debelan merupakan istilah setempat untuk menyebut penggabungan
dua desa atau lebih menjadi satu desa yang baru—seringkali dengan
nama baru. Desa-desa yang tadinya dipaksa bergabung sejak tahun
1925, sebagaimana diatur dalam kebijakan reorganisasi desa,
melakukan protes dan menuntut kembali ke bentuk pemerintahan
semula. Dampak dari peristiwa tersebut adalah kemunculan lurah
230