Page 261 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 261
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
maka tumbuhlah rasa kesamaan nasib yang harus diperjuangkan. Untuk
itu, mereka mendirikan organisasi yang bertujuan untuk memperbaiki
kehidupan mereka, antara lain Serikat Chauffeur Indonesia, Bond van
2
Letter Zetters, Bond van Perso-neet CMS, Djongos Bond dan Iain-Iain.
Lebih penting lagi adalah kelompok terpelajar, yang secara
sigifikan mewarnai sejarah perkembangan kota Surabaya, termasuk
periode yang dibahas di sini. Seiring dengan perkembangan perjuangan
organisasi pergerakan nasional yang muncul di Jakarta (Batavia), maka
di daerah pun tumbuh perjuangan seperti itu, teristimewa kota besar
yang memenuhi persyaratan bagi kehidupan organisasi modern seperti
itu, yaitu Yogyakarta, Surakarta, Bandung, Surabaya dan lain
sebagainya. Setelah Budi Utomo berdiri di Jakarta pada tahun 1908,
maka Sarekat Dagang Islam (SDI, kemudian menjadi SI [Sarekat Islam])
berdiri di Surakarta, yang pada waktu itu menjadi pusat pemerintahan
kasunanan. Surabaya sebagai kota dagang, industri dan pemerintahan,
dengan sendirinya menjadi tempat berkumpulnya kaum terpelajar.
Mereka kemudian membentuk organisasi pergerakan yang sesuai
dengan paham asing. Organisasi pergerakan nasional yang pertama di
Surabaya ialah Sarekat Islam, didirikan pada tahun 1913.
3
Pada masa-masa berikutnya, di Surabaya muncul pula organisasi
pergerakan nasional dengan mendasarkan faham ideologi tertentu,
yakni Kelompok nasionalis (Parindra, PNI, dan Sarekat Islam); Kelompok
keagamaan (NU, Muhammadiyah, Al Irsyad, juga organisasi komunitas
Kristen dan Katholik). Tokoh pergerakan nasional di Surabaya antara
lain: HOS Cokroaminoto, R. Cokrosudarrno. Hasan Dipo, Adiwijaya,
Dokter Sutomo, Kyai Haji Mas Mansyur. Kyai Haji Hasyim Asyari, Pamuji,
Kusmaji, Ruslan Wongsokusumo, Akhmad Jais, Sugiarto, Tuwana-kotta,
Samekto, C, Cindarbumi, Sunyoto, R. Sudirman, Ruslan Abdulgani, Dul
Amowo, Lengkong, Abdullah, Tukul Surohadinoto. Sebagian besar
mereka tergabung dalam Studie Club dan Parindra.
4
Perlu pula ditambahkan di sini golongan pelajar, yakni para
pemuda yang masih duduk di bangku sekolah. Mereka mengikuti
pendidikan dengan tujuan agar nantinya mendapat pekerjaan yang
layak setelah terjun dalam masyarakat. Tetapi tidak hanya itu saja tujuan
mereka, sebab tidak jarang kaum terpelajar kemudian hari menjadi
pelopor pergerakan nasional. Golongan ini mendorong lajunya
nasionalisme modem. Munculnya golongan pelajar tidak dapat
5
249