Page 263 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 263

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                pendidikan. Perubahan  pendidikan  yang  dilakukan  pemerintah  tentara
                Jepang  terlihat  nyata  dengan  dihapuskannya  sistem  dualisme
                pengajaran  warisan  Belanda.  Sistemnya  menjadi  seragam.  Jalur
                pendidikan diseragamkan menjadi 3 jenjang, yakni: (1) Jenjang sekolah
                rendah (Sekolah Rakyat 6 tahun); (2) Jenjang sekolah menengah, dibagi
                menjadi  Sekolah  Menengah  Pertama  (SMP),  dan  Sekolah  Menengah
                Tinggi (SMT), ma-sing-masing lama belajamya 3 tahun; dan (3) Jenjang
                sekolah  tinggi,  yaitu  pendidikan  tingkat  Universitas  dan  Perguruan
                Tinggi.

                        Selain itu, lebih penting lagi adalah bahwa kegiatan pelajar pada
                jaman Jepang juga menjadi alat propaganda yang dipergunakan untuk
                kepentingan  perang  dengan  melakukan  kinrohoshi  (kerja  bakti),  di
                antaranya  ikut  melipatgandakan  produksi  pertanian,  menanam  pohon
                jarak,  yang  dapat  menghasilkan  bahan  penting  bagi  kelangsungan
                perang.  Latihan-latihan  kemiliteran  mengisi  sebagian  besar  kegiatan
                pelajar  tiap  hari.  Pada  tiap  sekolah  dibentuk  barisan  pelajar  berupa
                Seinentai, barisan murid Sekolah Rakyat, dan Gakutotai, barisan pelajar
                Sekolah Menengah.
                                   9


                          BERITA PROKLAMASI KEMERDEKAAN DI SURABAYA
                                     DAN DAERAH-DAERAH LAIN

                      Berganti berkuasalah Garuda Ngawangga,
                      yang ibunya berasal dari Bali,
                      dan berkuasalah ia, di Tanah Jawa (Indonesia),
                      dengan balatentara setan dan dhemit,
                      lalu datanglah Prabu Jamus,
                      dan Garuda Ngawangga mengundurkan diri sebagai
                      'pengarang', dan sang raja yang bernama Heru Cakra itu sangat
                      sedih, lamanya seperempat abad.

                        Kutipan  di  atas  berasal  dari  ramalan  Jayabaya,  seorang  tokoh
                budaya Jawa, yang bisa dihubungkan dengan suasana masyarakat yang
                tengah  menunggu-nunggu  datangnya  jaman  baru,  yaitu  Proklamasi
                Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Keadaan rakyat yang
                sangat  menderita,  tidak  kuasa  untuk  menghindarinya,  maka  satu-
                satunya  harapan  adalah  datangnya  Ratu  Adil  atau  sang  pembebas.



                                                                                 251
   258   259   260   261   262   263   264   265   266   267   268