Page 268 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 268
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
delapan 2605 titik atas nama bangsa indonesia soekamo strip
hatta
18
rd at 1205.
Salinan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu segera
diserahkan sendiri oleh Yacob ke bagian redaksi: R. Bintarti dan Bung
Tomo. Meskipun berita Proklamasi itu membuat marah orang Jepang di
Domei, dan dikatakannya bahwa berita Proklamasi sebagai berita yang
tidak benar, namun secara diam-diam mereka menyiarkan terus dari
mulut ke mulut. Dengan semangat menggelora rakyat dan pemuda
Surabaya mencari kebenaran berita Proklamasi. Stasiun Semut (Surabaya
Kota) dan Gubeng menjadi sasaran mencari berita yang sebenarnya.
19
Naskah Proklamasi itu, menurut Sungkono, telah ditempelkan di
muka Kantor Domei oleh wartawan Domei pada tanggal 18 Agustus
1945 sehingga mendapatkan banyak perhatian dari rakyat dan pemuda.
Pihak Kenpeitai mendatangi, kemudian tempelan naskah Proklamasi
tadi dirobeknya. Mereka pergi, pemuda menggantinya dengan yang
20
baru, sehingga terjadi ketegangan.
Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang telah diterima
oleh kantor berita Domei Cabang Surabaya pada saat itu pula
disampaikan pada redaksi harian Suara Asia yang berkantor di dekat
kantor berita Domei yaitu di Jalan Alun-alun 30 (sekarang Jl. Pahlawan
Surabaya) dipergunakan sebagai kantor Harian Surabaya Post). Suara
Asia adalah satu-satunya Surat kabar untuk Jawa Timur dengan daerah
penyebarannya sarnpai ke Kalimantan Timur (Borneo Timur),Sulawesi
(Celebes), Bali dan Maluku.
Masyarakat Surabaya mendengar berita itu melalui radio Jepang
Hosokyoku. Meskipun sudah dihalangi oleh Kenpeitai, namun beritanya
dapat diselundupkan oleh pemuda yang tergabung dalam ―Gerakan
Pemuda Kantor‖ pada malam harinya tanggal 17 Agustus 1945 dalam
siaran berbahasa Madura. Pada sore hari tanggal 17 itu dalam ruangan
Pancaran Sastra, dibacakan tulisan R. Sukarjo Wiryopranoto dalam
harian Suara Asia berjudul Propatria yang mengemukakan kewajiban
tiap putra Indonesia terhadap negara dan tanah airnya sesudah bangsa
Indonesia menyatakan kemerdekaannya.
256