Page 376 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 376

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                di  sebelah  utara  Gunung  Batur, melalui  Gunung Andeng,  lewat  Saka,
                Banjar He dan sorenya sampai di desa Sangambu. Dari itu pasukan terus
                ke  desa  Cenikgaan,  yang  penduduknya  disiapkan  oleh  NICA  untuk
                menangkap  para  pemuda  yang  melewati  desanya.  Namun  berkat
                penyamaran,  mereka  lolos  hingga  sampai  kawasan  hutan  dekat  desa
                Pengajaran.
                        Perjalanan  induk  pasukan  dilanjutkan  dengan  berjalan  di  air
                sungai sejauh tiga kilometer ke utara sampai di pemukiman penduduk
                desa perbatasan Bangli-Buleleng. Salam ―merdeka‖ untuk pertama kali
                terdengar  di  kawasan  perkebunan  di  desa  Pakisan,  Buleleng  Timur,
                pimpinan Wirta Tamu (Bung Tjilik). Suguhan berupa jajan, buah-buahan
                bekas sajen usai hari raya Galungan diberikan kepada anggota pasukan
                yang  kelaparan.  Mereka  disambut  oleh  pemuda-pemuda  desa,  yang
                memegang  bambu  runcing  dan  di  dadanya  kelihatan  lencana  merah
                putih.  Para  wanita  memersiapkan  makanan  dan  rakyat  dikerahkan
                mengambil dan membawa makanan, apa saja yang ada untuk diberikan
                                                          96
                kepada anggota pasukan yang baru datang.
                        Keesokan harinya, perjalanan dilanjutkan ke desa Ambengan, di
                mana  induk pasukan bertemu dengan pimpinan pemuda lascar rakyat
                setempat yang dengan semangat menyerukan ―Merdeka Pak! Merdeka
                Bung!  Sekali  Merdeka  Tetap  Merdeka!‖.  Mereka  berdatangan  sambil
                menyerukan ―Merdeka Pak! Merdeka atau Mati! Kita Pasti Merdeka!‖.
                Kemudian,  rombongan  diantar  ke  Jembong,  suatu  lembah  yang
                ditanami ketela. Semuanya menikmati suguhan. Orang-orang Jepang, I
                Sukera  dan  I  Sukeri  dapat  merokok  sepuas-puasnya.   Akan  tetapi,
                                                                     97
                hanya  sehari  di  desa  Ambengan,  tentara  NICA  mengepung  dan
                melancarkan  tembakan  ke  posisi  induk  pasukan  yang  sudah  tanpa
                peluru.
                        Pada  23  Juli  1946,  kira-kira  jam  9.00,  Pak  Rai  memanggil
                komandan-komandan  pasukan  dan  pimpinan  sipil  yang  ada  untuk
                rapat.  Komandan  yang  hadir  adalah  Pak  Rai,  Pak  Wisnu,  A.A.  Anom
                Mudita,  I  Nyoman  Sayan  (Herauci),  Sugianyar,  Tjok.  Ngurah,  Swidja,
                Mudana,  Pindha  dan  lain-lainnya.  Ketika  rapat  dimulai,  Pak  Rai
                menyampaikan beberapa hal berikut, seperti dikutip Pindha:
                          ―Saudara-saudara sekalian, saya mengharapkan pertimbangan
                         dan  pendapat  saudara-saudara  tentang  apa  yang  harus  kita
                         perbuat sekarang. Apakah kita tetap berkumpul terus menerus
                         seperti  sekarang?  Ataukah  kita  pecah-pecah  pasukan  kita




                364
   371   372   373   374   375   376   377   378   379   380   381