Page 380 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 380
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
arah timur, selesai melaksanakan tugasnya untuk menanamkan
semangat terhadap rakyat agar setia kepada Republik. Mereka segera
menggabungkan diri dengan induk pasukan dibawah pimpinan Letkol
Ngurah Rai. Kini, induk pasukan beranggotakan 94 orang. Steling
disiapkan, oleh karena persawahan di Uma Kaang agak berbukit, maka
steling diatur secara bertingkat, yang di bawah agak kuat daripada
diatasnya. Pihak tentara Belanda sudah mulai masuk mendekati posisi
steling pasukan. Pukul 9.00 tembakan komando tanda memulai
serangan berbunyi, yang diikuti dengan tembakan personil pasukan
lainnya yang mengakibatkan barisan terdepan pasukan Belanda terkena
dan tewas. Barisan belakang segera mundur sampai ke jalan besar.
Dalam waktu satu setengah jam, pasukan Belanda tidak dapat bergerak
maju. Ketika pasukan Belanda mundur, pihak pemuda bersorak sambil
memekikkan ―Merdeka! Merdeka! Merdeka!‖, dan pasukan Belanda
mundur terus ke arah barat sampai di desa Tunjuk dan ke arah timur
sampai di desa Sungi. Untuk membuat medan agak lebih luas, pasukan
Ciung Wanara dibagi tiga barisan. Barisan depan, sayap kanan dan
105
sayap kiri. Dan pimpinan berada di tengah-tengah.
Pukul 11.30, bantuan pesawat udara tiba. Mula-mula pesawat
intai (jenis Pipercub) berputar-putar yang disusul pesawat pembom dan
pesawat tempur. Pasukan darat Belanda maju lagi, dilindungi pesawat-
pesawat udara dari atas. Seorang penerbang pesawat intai, dari suku
Ambon, tewas tertembak. Pesawat tempur menghujani dengan
tembakan mitralyur, bersama-sama tentara Belanda di darat
melancarkan tembakan kearah posisi pasukan Ciung Wanara. Terjadi
pertempuran sengit. Sementara itu, bantuan tentara NICA berdatangan
dari Buleleng, Jembrana, Gianyar, dan Bangli untuk ikut mengepung
pasukan Ciung Wanara. Dari udara tidak henti-hentinya ditembakkan
mitralyur, bom dan granat tangan dijatuhkan termasuk juga bom asap
dan gas air mata. Ledakan bom-bom asap ini menyebabkan medan
pertempuran jadi gelap. Bau mesiu memenuhi seluruh medan. Setiap
tentara Belanda yang berani mendekat, terkena tembakan pemuda.
Akan tetapi, pihak pasukan Belanda lebih gencar memuntahkan
peluru-peluru, senapan mesin otomatis, granat, bom, mitralyur dari
pesawat udara sehingga di pihak pasukan Ciung Wanara sudah mulai
ada yang tewas kena tembakan musuh. Dari segala penjuru, peluru dan
bom datang menghujani posisi anggota pasukan Ciung Wanara. Pada
saat itulah, sebuah peluru telah menembus kepala Mayor Sugianyar,
368