Page 21 - MODUL MAKANAN DAN MINUMAN HALAL-HARAM
P. 21
Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS al-
Baqarah/2: 173).
Selanjutnya dalam ayat lain Allah swt. berfirman:
ِ
ُّتُرِ رح طضاُّامَُّّ لاإُّمح كيَ لعُّمرحُّاَّ مُّمح كَ لُّلَّ صفُّدقو َ
ْ ْ
َّ
ْح
َ َْ
ْ ْ َ َ َ
َ
َ
Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharam-
kan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. (QS al-An'am/
6: 119).
Para ulama memberikan persyaratan tentang bolehnya makan bangkai dengan
dua syarat, yaitu: tidak mendapatkan makanan halal yang lainnya dan kondisinya
benar-benar sangat mendesak sekali. Ulama memberikan batas darurat itu berjalan
sehari-semalam, sedang dia tidak mendapatkan makanan, kecuali barang-barang yang
diharamkan itu. Waktu itu dia boleh makan sekedarnya sesuai dengan dorongan
darurat itu dan guna menjaga dari bahaya.
Imam Malik memberikan suatu pembatas, yaitu sekedar kenyang, dan boleh
menyimpannya sehingga mendapat makanan yang lain. Ahli fikih yang lain berpen-
dapat: dia tidak boleh makan, melainkan sekedar dapat mempertahankan sisa hidup-
nya. Barangkali di sinilah jelasnya apa yang dimaksud dalam firman Allah “Ghaira
baghin wala 'adin” (dengan tidak sengaja dan melewati batas) itu. Perkataan ghaira
baghin maksudnya: Tidak mencari-cari alasan karena untuk memenuhi keinginan
(seleranya). Sedang yang dimaksud dengan wala 'adin, yaitu: Tidak melewati batas
ketentuan darurat. Sedang apa yang dimaksud dengan daruratnya lapar, yaitu seperti
yang dijelaskan Allah dalam firmannya, dengan tegas Ia mengatakan:
ِ ٍ ِِ ٍ ِ
ٍ
ِ
ِ
ُّ ميحرُّرو ُّ فغُّللّاَُّّ نإفُّ ْ ثْ لإُّفناجتمُّيْغُّةصممخُّفُِّرطضاُِّ نمف َ
َ َح ََْ
حَ
َّ
َْ
َ
َّح ْ
َ
ٌ
َ
َ َ
ٌ
Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS al-Maidah/5:
3).
6. Tidak diperbolehkan makan bangkai lebih dari kebutuhan. Namun, diperboleh-
kan untuk membawa bangkai, sehingga jika dalam kondisi darurat lagi boleh untuk
memakannya. Ini adalah pendapat Imam Malik, satu riwayat dari Imam Ahmad, dan
al-Syafi’iyah.
7. Tidak diperbolehkan memakan benda yang mematikan, meskipun darurat.
Seperti racun, karena hal tersebut sama dengan membunuh diri, dan bunuh diri
termasuk dosa besar. Ini merupakan ijma’ ulama.
8. Makanan impor dari negeri kafir terbagi dua menjadi macam:
a. Makanan yang tidak membutuhkan sembelihan, seperti: ikan, udang, kerang, dan
hewan laut lainya, buah-buahan, permen, dan sebagainya, maka hukumnya adalah
halal menurut ijma para ulama.
b. Makanan yang membutuhkan sembelihan, seperti: sapi, kambing, ayam, dan seba-
gainya, maka hal ini dirinci sebagai berikut:
13