Page 39 - MODUL SEPUTAR ZAKAT
P. 39

kehidupan  bangsa  dan  negara.  Pembahasan  RUU  juga  dilakukan  melalui  Rapat
                     Konsinyering sebanyak 2 (dua) kali, terhitung mulai tanggal 28 Maret 2011 sampai 17
                     Oktober 2011.
                           Pada Rapat Konsiyering yang dilakukan di hari Jumat, 18 Juni 2011 pukul 21.00,
                     subtansi RUU tentang pengelolaan zakat, infaq, dan sedekah dicermati dengan betul
                     dan sangat serius. Panja Komisi VIII DPR RI dan Panja Pemerintah bersepakat untuk
                     mengubah  judul  RUU  tentang  Pengelolaan  Zakat,  Infaq,  dan  Sedekah  menjadi
                     Racangan Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat.
                           Sedangkan judul Pengaturan Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Sedekah dan Dana
                     Sosial Keagamaan Lainnya  disepakati  untuk  diatur  sebagai  norma  tambahan  (extra
                     norms).  Hal  itu  kemudian  terlihat  sebagaimana  dalam  rumusan  RUU  tentang
                     Pengelolaan Zakat Pasal 28 ayat (1), (2), (3). Kerja maraton dari Panja VIII DPR RI
                     dan Panja Pemerintah menghasilkan keputusan yang luar biasa. Undang-undang yang
                     baru berhasil diterbitkan.
                           Gedung Nusantara I DPR seakan menjadi saksi bisu berlangsungnya Rapat Kerja
                     Komisi  VIII  DPR  dengan  Pemerintah,  yang  terdiri  dari  Menteri  Agama,  Menteri
                     Keuangan, Menteri Dalam Negeri,  dan  Menteri  Hukum  dan  Hak  Asasi  Manusia.
                     Rapat  ini  yang  bertujuan  untuk meengambil  Keputusan  Tingkat  I terhadap  RUU
                     tentang Pengeloaan Zakat dipimpin Ketua Komisi VIII, Abdul Kadir Karding. Orang-
                     orang inilah yang menjadi saksi sejarah terbentuknya undang-undang baru pengelola-
                     an zakat bernomor 23 tahun 2011 yang kita pakai sampai saat ini.
                           Pada waktu itu, RUU tentang Pengelolaan Zakat ini yang diajukan ke Sidang
                     Paripurna Dewan berdasarkan  persetujuan  dari  seluruh  fraksi  yang  ada  di  Komisi
                     VIII    saat    Pengambilan  Keputusan  Tingkat  I  terhadap  RUU  tentang  Pengelolaan
                     Zakat. Komisi VIII menjadi ruang dimana juru bicara dari tiap-tiap fraksi partai politik
                     mengutarakan  pandangan  mereka.  Undang-undang  baru  bertahun  2011  ini  adalah
                     rumusan pemikiran partai politik yang utusannya berada di Komisi VIII.
                           Salah satu juru bicara fraksi Partai Demokrat yang bisa dikutip di sini adalah
                     Nany Sulistyani Herawati. Tanpa mengecilkan kontribusi dan peran partai lain, Nany
                     Sulistyani  Herawati  mengusulkan  hendaknya  pendekatan  dalam  pengelolaan  zakat
                     sebaiknya lebih difokuskan pada perspektif pemberdayaan dan bersifat jangka panjang
                     dibanding  bersifat  santunan  dan  sementara.  Pernyataan  ini  dapat  diartikan  sebagai
                     kritik atas UU RI Nomor 38 Tahun 1999 yang dinilai lebih mengedepankan spirit
                     santunan. Sebaliknya, undang-undang baru tahun 2011 lebih mengarah pada produkti-
                     vitas pengelolaan dana zakat.


                     B.  Point-point  Penting  Undang-undang  RI  Nomor  23  Tahun  2011  tentang
                         Pengelolaan Zakat
                           Dengan terbitnya UU RI Nomor 23 Tahun 2011 ini, tentu ada poin-poin penting
                     yang membuatnya berbeda dari undang-undang sebelumnya yang bernomor 38 Tahun
                     1999 tentang Pengelolaan Zakat. Berikut ini poin penting perubahan yang ada





                                                                                                      3
   34   35   36   37   38   39   40   41   42