Page 34 - MODUL SEPUTAR ZAKAT
P. 34
(waqf al-nuqud) secara mutlak tidak diperbolehkan. Seseorang harus mewakafkan
selain uang, khususnya benda-benda yang fisiknya tidak berubah. Rujukan tentang
dilarangnya wakaf uang ini adalah sebagai berikut: “Adapun wakaf sesuatu yang tidak
bisa diambil manfaatnya kecuali dengan melenyapkannya seperti emas, perak,
makanan, dan minuman maka tidak boleh menurut mayoritas fukaha. Yang dimaksud
dengan emas dan perak adalah dinar dan dirham dan yang bukan dijadikan perhiasan”.
Mewakafkan sesuatu yang benda fisiknya bisa rusak atau lenyap karena diguna-
kan maka hukumnya tidak boleh. Ulama kelompok ini menganjurkan agar wakaf
hanya dilakukan dengan memberikan benda yang fisiknya tidak berubah tetapi
manfaatnya bisa diambil. Berbeda halnya dengan golongan ulama kedua, mereka ini
menyatakan bahwa wakaf uang tetap diperbolehkan. Ibnu Syihab al-Zuhri juga
memperbolehkan wakaf dinar sebagaimana dinukil al- Bukhari. Telah dinisbatkan
pendapat yang mensahkan wakaf dinar kepada Ibnu Syihab al-Zuhri dalam riwayat
yang telah dinukil Imam Muhammad bin Isma’il al-Bukhari dalam kitab Shahihnya.
Ia berkata, Ibnu Syihab al-Zuhri berkata mengenai seseorang yang menjadikan seribu
dinar di jalan Allah (mewakafkan). Ia pun memberikan uang tersebut kepada budak
laki-lakinya yang menjadi pedagang. Maka si budak pun mengelola uang tersebut
untuk berdagang dan menjadikan keuntungannya sebagai sedekah kepada orang-orang
miskin dan kerabat dekatnya. Lantas, apakah lelaki tersebut boleh memakan dari
keuntungan seribu dinar tersebut jika ia tidak menjadikan keuntungannya sebagai
sedekah kepada orang-orang miksin? Ibnu Syihab al-Zuhri berkata, ia tidak boleh
memakan keuntungan dari seribu dinar tersebut,”
Para ulama kontemporer pun mulai berpikir kreatif. Dengan berpijak pada pen-
dapat Ibnu Syihab al-Zuhri, solusi untuk menerima wakaf uang adalah dengan
menjadikannya sebagai modal usaha. Modal usaha dapat ditumbuh kembangkan,
dimana modalnya tetap tidak berkurang, tetapi keuntungannya bisa bertambah.
Keuntungan di sini dapat digunakan untuk tujuan bersama.
Untuk itulah, seseorang yang sudah mengeluarkan harta wakaf tidak bisa
dianggap telah mengeluarkan zakat dari hartanya. Sebab, harta zakat boleh digunakan
sampai habis oleh penerimanya. Sedangkan harta wakaf tidak boleh dihabiskan oleh
penerimanya. Si penerima hanya boleh mengambil manfaat dari harta wakaf tanpa
boleh merusak bentuk fisiknya.
D. Manajemen dan Tata Kelola Zakat
Kita tidak sedang bicara tentang pajak dan wakaf karena dua hal itu berbeda dari
zakat. Untuk itulah, sekarang kita lanjut pembahasan tentang manajemen dan tata
kelola dana zakat. Salah satu instrument yang tak bisa lepas dari zakat adalah seorang
amil atau penyalur zakat. Secara harfiah, kata amil berarti pekerja. Tetapi, dalam
pembahasan tentang zakat, amil lebih cenderung dipahami sebagai individu yang
bekerja untuk memungut, mengumpulkan, mengelola, dan mendistribusikan zakat
kepada orang-orang yang berhak mendapatkannya.
7