Page 33 - MODUL SEPUTAR ZAKAT
P. 33
4. Pajak Demi Membiayai Kepentingan Umat
Hasil pajak harus digunakan untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan
kelompok (partai), bukan untuk pemuas nafsu para penguasa, kepentingan pribadi,
kemewahan, keluarga, pejabat, dan orang-orang dekatnya. Sebaliknya, pajak yang
digunakan untuk kepentingan kelompok/partai atau individu korup maka umat muslim
wajib menolaknya.
Diriwayatkan dari Sufyan bin Abu Aufa, Umar bin khattab berkata, “Demi
Allah, aku tidak tahu, “Hai Amirul Mukminin, sesungguhnya keduanya berbeda.
Khalifah tidak akan memungut sesuatu kecuali dari yang layak dan tidak akan memu-
ngut sesuatu kecuali kepada yang berhak. Alhamdulillah engkau termasuk kepada
orang yang demikian, sedangkan raja (dhalim) akan berbuat sekehendaknya”. Maka
Umar pun diam.
5. Persetujuan Para Ahli/Cendikiawan yang Berakhlak
Kepala negara, wakilnya, gubernur atau pemerintah daerah tidak boleh bertindak
sendiri untuk mewajibkan pajak, menentukan besarnya, kecuali setelah dimusyawa-
rahkan dan mendapat persetujuan dari para ahli dan cendikiawan yang mewakili
masyarakat.
Semua pandangan di atas disampaikan oleh Yusuf al-Qardhawi, ulama yang
konsen dalam membaca persoalan umat kontemporer, progresif dan visioner. Apapun
perbedaan pendapat dari para ulama di atas, kita telah belajar hubungan zakat dan
pajak, serta posisi pajak dalam pandangan ulama muslim.
C. Hubungan Zakat dan Wakaf
Setelah mempelajari pengertian zakat dan pajak, berikut ini pengertian
wakaf dalam hubungannya dengan zakat. Apabila pajak tidak bisa dipadankan dengan
zakat, maka bagaimana dengan wakaf? Apakah seseorang yang sudah mewakafkan
hartanya dapat dianggap telah mengeluarkan zakatnya?
Pengertian wakaf adalah menahan harta yang bisa diambil manfaaatnya dengan
tetap kekalnya zat harta itu sendiri dan memanfaatkan kegunaannya di jalan kebaikan
dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah swt. Wakaf adalah amalan sunah,
berbeda dengan zakat yang wajib hukumnya. Harta wakaf dijalankan dengan suka rela
tetapi zakat harus dipaksa bagi orang yang enggan dan malas-malasan. Dalam kitab
Kifayah al-Akhyar diterangkan sebagai berikut; “Definisi wakaf menurut syara’ adalah
menahan harta-benda yang memungkinkan untuk mengambil manfaatnya beserta
kekalnya zat harta-benda itu sendiri, dilarang untuk mentasaharrufkan zatnya. Sedang
mentasharrufkan kemanfaatannya itu dalam hal kebaikan dengan tujuan mendekatkan
diri kepada Allah swt”
Berbeda dengan harta zakat yang benda fisiknya dapat digunakan sesuai
keinginan mustahiq yang sudah mendapatkannya. Harta wakaf hanya bisa dimanfaat-
kan sesuai arahan dan pengarahan dari waqif atau pemberi harta wakaf. Jelas beda
sekali dengan zakat maupun pajak. Dengan berkembangkan zaman, muncul persoalan
baru, yaitu tentang seseorang yang mewakafkan uangnya. Dalam kasus wakaf uang
ini, para ulama berbeda pendapat. Pendapat pertama menyatakan bahwa wakaf uang
6