Page 29 - MODUL SEPUTAR ZAKAT
P. 29
URAIAN MATERI
A. Persamaan dan Perbedaan Zakat, Pajak, dan Wakaf
Zakat adalah ajaran agama sekaligus kewajiban dari Tuhan. Ada aturan
ketentuan tertentu dimana seseorang harus mengeluarkan zakat dari harta-harta
tertentu. Namun, pajak juga merupakan keharusan seseorang untuk mengeluarkan
sebagian dari hartanya untuk diberikan kepada pemegang otoritas. Lantas, apakah
pajak dapat disamakan dengan zakat? Ataukah, pajak bisa menggantikan kewajiban
zakat? Begitu pula sebaliknya, apakah zakat dapat menggantikan kewajiban pajak?
Abdullah bin Muhammad al-Thayyar mengatakan bahwa zakat adalah kewajib-
an dari Allah swt. yang harus dikeluarkan terkait harta tertentu dan diserahkan kepada
orang-orang tertentu, pada masa tertentu, untuk mendapatkan ridha Allah. Secara
moril, tujuan zakat adalah untuk membersihkan diri dan harta. Berbeda halnya dengan
pajak yang dipahami sebagai beban kewajiban yang ditetapkan oleh pemerintah,
dikumpulkan, dan dipergunakan untuk menutupi anggaran umum. Dana pajak
digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan perekonomian, kemasyarakatan, politik,
serta tujuan-tujuan negara lainnya. Al-Thayyar melihat perbedaan zakat dan pajak dari
segi pembuatnya. Zakat ditetapkan oleh agama dan pajak ditetapkan oleh negara.
Perbedaan penetapan aturan zakat dan pajak itu, al-Thayyar melihat bahwa zakat
bernilai ibadah (taqarrub) kepada Allah dan pajak tidak bernilai ibadah. Sebab, pajak
hanyalah kewajiban dari negara. Konsekuensi lebih lanjut tampak pada kadar seberapa
besar harus dikeluarkan. Kadar zakat ditentukan oleh syari’at dan karenanya tak ada
peluang bagi hawa nafsu untuk mengubahnya. Pajak yang ditetapkan oleh pemerintah
sangat terbuka untuk berubah-ubah sesuai kepentingan negara dan maslahat pribadi
dan masyarakat yang ingin dicapai.
Al-Thayyar juga melihat bahwa zakat harus disalurkan kepada golongan-
golongan tertentu, yang disebut mustahiq zakat. Di luar delapan golongan mustahiq
zakat ini tidak berhak menerima harta zakat. Berbeda halnya dengan pajak yang
terkumpul dalam kas negara dan dapat dibelanjakan menurut kepentingan pemerintah.
Zul Ashfi berpendapat bahwa masyarakat sering menyamakan zakat dan pajak.
Cara pandang demikian tidak sepenuhnya salah tetapi juga tidak sepenuhnya benar.
Persamaannya zakat dan pajak sama-sama perintah untuk mengeluarkan sebagian
harta, dijalankan menurut aturan tertentu. Selain itu, besaran pajak dan zakat ditentu-
kan menurut prosentase tertentu dan berlaku untuk orang-orang yang memenuhi syarat
serta sama-sama berguna untuk membangun kesejahteraan masyarakat. Perbedaannya,
Zul Ashfi mengatakan bahwa zakat dapat dibayarkan kepada amil zakat (lembaga
penyalur dan pengelola zakat) atau dibayarkan langsung kepada 8 golongan orang
yang berhak. Sedangkan pajak harus dibayarkan kepada kantor pelayanan pajak dan
lembaga-lembaga lain yang ditunjuk oleh pemerintah.
Perbedaan lain antara pajak dan zakat adalah waktu pembayarannya. Zakat fitrah
dibayarkan hanya pada bulan Ramadhan dan zakat harta dibayarkan pada saat telah
2