Page 27 - MODUL SEPUTAR ZAKAT
P. 27
6. Sabililah
Sabilillah adalah orang-orang yang merelakan diri dan hartanya berperang di
jalan Allah swt. Mereka tidak mendapatkan bayaran resmi dari negara, meskipun
mereka tergolong orang-orang yang kaya. Menurut mazhab Syafi’i, sabilillah tertentu
bagi mereka yang berperang di atas. Sedangkan menurut pendapat ulama lain mengata-
kan termasuk sabilillah adalah segala sesuatu yang menjadi sarana kebaikan dalam
agama, seperti pembangunan madrasah, masjid, rumah sakit Islam, dan jalan raya atau
seperti para guru dan kiai yang berkonsentrasi mengajarkan agama Islam kepada
masyarakat.
7. Ibnu Sabil
Mazhab Hanibilah dan Syafi’iyah mendefinisikan Ibnu Sabil sebagai seorang
musafir yang akan bepergian atau yang sedang melewati tempat adanya harta zakat
dan membutuhkan biaya perjalanan. Ada hal-hal yang perlu dicatat: a) perlu diketahui
bahwa dalam pemberian zakat terhadap al-ashnaf al-tsamaniyah di atas masing-
masing kategori (kelompok) minimal tiga orang, dan semua kelompok di atas diberi
sesuai dengan kebutuhannya; fakir miskin diberi secukupnya untuk kebutuhan selama
satu tahun, gharim dan mukatab diberi secukupnya untuk membayar tanggungannya,
sabilillah diberi secukupnya untuk kebutuhan dalam peperangan, ibnu sabil diberi
secukupnya sampai ke negerinya, mu’allaf diberi dengan pemberian yang dapat
menghasilkan tujuan sesuai dengan macam-macamnya mu’allaf di atas, dan amil
diberi sesuai dengan upah pekerjaannya.
Adapun mustahiqqin atau al-ashnaf al-tsamaniyah (delapan golongan yang
berhak menerima zakat) di atas harus memenuhi tiga syarat; a) Islam, b) bukan orang
yang wajib dinafaqahi oleh orang lain bila atas nama fakir miskin, dan c) bukan dari
golongan Bani Hasyim dan Muththalib, karena mereka telah mendapat bagian dari
khumus al-khumus. Sebagian ulama dari berbagai madzhab ada yang memperboleh-
kan memberikan zakat kepada Bani Hasyim dan Bani Muththalib untuk masa-masa
sekarang, karena khumus al-khumus sudah tidak ada lagi.
Mustahiq yang mempunyai dua kategori seperti fakir yang berstatus gharim,
menurut Mazhab Syafi’i tidak boleh menerima zakat atas dua kategori tersebut. Orang
yang mengaku sebagai mustahiqqin apabila mengaku sebagai fakir atau miskin maka
hendaknya disumpah terlebih dahulu. Apabila mangaku sebagai gharim maka dapat
dibenarkan dengan dua saksi laki-laki atau satu laki-laki dan dua perempuan. Akan
tetapi apabila orang tersebut sudah dikenal sebagai gharim sekiranya kabar tersebut
dapat dipercaya maka langsung dapat dibenarkan.
17