Page 23 - MODUL SEPUTAR ZAKAT
P. 23
Forex (foreign exchange) merupakan transaksi tukar menukar valuta (mata uang
asing). Hukum barter mata uang asing di pasaran tunai pada dasarnya diperbolehkan.
Diperbolehkannya barter mata uang asing dikiyaskan dengan makna zhahir hadis sahih
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhary, Kitab Al-Buyu’:
“Dagangkanlah emas dengan perak dan perak dengan emas sekehendakmu.”
Dalam permasalahan forex, kita perlu memahami apakah forex masuk rukun jual
beli atau tidak. Dalam Islam, transaksi jual beli diperbolehkan ketika barnag yang
diperjualbelikan bukan barang haram, tidak ada unsur penipuan, tidak menyembunyi-
kan cacat barang, dan tidak mengandung unsur judi/nilai spekulatif di dalamnya.
Maksud nilai spekulatif di sini seperti tebak-menebak harga. Misalnya, dalam sebuah
transaksi jual beli terdapat unsur “Jika beruntung, dapat barang bagus, tetapi jika tidak
beruntung, dapat barang jelek.”
Yusuf al-Qaradhawy dalam Kitab Al-Halal wa al-Haram menjelaskan, “Al-
maisir adalah segala hal yang memungkinkan seorang pemain mengalami untung atau
rugi.” Dalam transaksi jual beli, unsur spekulatif didasari “tidak diketahuinya harga”
saat “pembeli memutuskan membeli” dengan “saat diterimanya barang pembelian.”
Imam Nawawi dalam Kitab Al-Majmuk Syarah Al-Muhadzdzab mengatakan bahwa
transaksi model ini sebagai bai’u hablil hablah, yaitu jual beli kandungannya anak
yang masih ada di dalam kandungan.
Mazhab Syafi‟i dan himpunan para ahli usul fikih menyebutkan transaksi
jual-beli semacam ini adalah batil, karena adanya perbedaan harga saat awal transaksi
dengan saat barang diterima. Pendapat ini berangkat dari tafsir atas hadits yang
diriwayatkan Imam Muslim dalam Kitab Shahih Muslim, “Rasulullah melarang jual
beli kandungannya kandungan.”
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa jual beli valuta asing di
pasar tunai hukumnya boleh. Sedangkan transaksi jual beli di pasar online hukumnya
diperinci sebagai berikut: Pertama, haram ketika harga tidak sesuai dengan saat
pembeli memutuskan melakukan transaksi dengan saat transaksi tersebut diterima oleh
penjual (broker). Artinya, barang yang diterima ada kecatatan atau cela. Kedua, boleh
manakala harga saat beli adalah sama dengan saat diterimanya transaksi oleh penjual
(broker). Berikut fatwa MUI yang berkaitan dengan jual beli mata uang. (Fatwa Dewan
Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 28/DSN-MUI/III/2002 tentang Jual
Beli Mata Uang (Al-Sharf).
Transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan);
b. Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan);
c. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus sama
dan secara tunai (at-taqabudh);
d. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku
pada saat transaksi dan secara tunai.
13