Page 19 - MODUL SEPUTAR ZAKAT
P. 19

Harta (modal) perniagaan atau perdagaangan terdiri dari berbagai macam jenis,
                     antara lain:
                     a.  Barang dagangan yang beredar (manqul), seperti mobil, traktor, dan berbagai ma-
                        cam mesin, serta barang-barang dagangan yang dijajakan seperti makanan, pakaian
                        dan lain-lain.
                     b.  Barang-barang yang tidak beredar atau tetap (tsawabit) seperti kantor, mobil yang
                        digunakan untuk bekerja, alat-alat seperti mesin-mesin tulis, mesin-mesin hitung
                        dan berbagai macam perkakas lain yang memiliki nilai harga yang besar.
                     c.  Barang-barang  yang  tidak  bergerak  (‘iqar)  seperti  gedung-gedung  perkantoran
                        tempat-tempat penjualan dan pemasaran, tanah kosong, dan lain-lain.
                     d.  Berbagai macam hutang-piutang seperti piutang yang pengembaliannya diangsur
                        selama beberapa tahun, piutang yang pelunasannya telah ditetapkan pada waktu
                        tertentu, dan piutang yang disebut “piutang mati” (ad-dainaul-mayyit). Selain itu,
                        barang  dagangan  yang  berada  di  tangan  badan-badan  perwakilan  (egencies)
                        dagang.
                           Berkaitan dengan ini, ada dua pandangan tentang zakat, yaitu pandangan sempit
                     dan pandangan luas. Pandangan sempit tentang kekayaan yang wajib zakat berpenda-
                     pat bahwa Rasulullah saw. telah menetapkan harta kekayaan wajib zakat, tetapi tidak
                     memasukkan  ke  dalamnya  harta  benda  yang  dieksploitasi  atau  disewakan  seperti
                     gedung, binatang, alat-alat dan lain-lain. Secara prinsip, manusia bebas dari beban.
                     Prinsip tersebut tidak bisa dilanggar begitu saja tanpa ada nash yang benar sahih dari
                     Allah dan Rasul. Semantara dalam persoalan ini, nash yang membahas persoalan itu
                     tidak ada. Hal itu didukung oleh kenyataan bahwa para fukaha dalam berbagai masa
                     dan asal tidak pernah mengatakan hal itu wajib zakat. Jika ulama pernah mengatakan,
                     tentu pendapat tersebut akan sampai kepada kita. Bahkan, mereka hanya mengatakan
                     sebaliknya, yaitu bahwa rumah tinggal, alat-alat kerja, hewan tunggangan, dan perabot
                     rumah tangga tidak wajib zakat.
                           Sedangkan pandangan sempit tentang wajib tidaknya harta kekayaan dizakati
                     merupakan pendapat lama yang sudah dikenal sejak salaf, ditegakkan dan dibela oleh
                     pemuka Mazhab Zahiri terkemuka, Ibnu Hazm. Pada zaman modern ini, didukung oleh
                     Syaukani dan Sadik Hasan Khan, mereka semua bersepakat bahwa kekayaan dagang,
                     buahan-buahan segar tidak wajib zakat.
                           Pandangan  luas  tentang  kekayaan  yang  wajib  zakat  mewajibkan  zakat  atas
                     pabrik-pabrik, gedung-gedung dan lain-lainnya. Mereka adalah ulama-ulama Mazhab
                     Maliki dan Mazhab Hanbali, ulama-ulama Hadawiya dari Mazhab Zaidiah (Syi’ah),
                     dan juga sebagian ulama zaman ini, seperti Abu Zahra, Khalaf, dan Abdur Rahman
                     Hasan.
                           Harta  berkembang  seperti  mesin-mesin,  alat-alat  industri  yang  dipergunakan
                     sebagai  pengganti  tenaga  manusia.  Harta  kekayaan  ini  dieksploitasikan  dengan
                     perkakas dan alat-alat industri. Harta ini dianggap sebagai harta kebanyakan berkem-
                     bang, maka wajib zakat.








                                                                                                      9
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24