Page 22 - MODUL SEPUTAR ZAKAT
P. 22
Muktamar Internasional Pertama tentang zakat (Kuwait, 29 Rajab 1404 H) juga
memutuskan bahwa jika perusahaan telah mengeluarkan zakatnya sebelum deviden
dibagikan kepada para pemegang saham, maka para pemegang saham tidak perlu lagi
mengeluarkan zakatnya. Akan tetapi, jika pemegang saham belum mengeluarkan,
maka para pemegang saham berkewajiban mengeluarkan zakatnya. Kewajiban terebut
harus dituangkan dalam peraturan perusahaan.
Berkaitan dengan zakat obligasi, Yusuf al-Qaradhawi mengatakan bahwa
obligasi adalah perjanjian tertulis dari bank, perusahaan, atau pemerintah kepada
pemegangnya untuk melunasi sejumlah pinjaman dalam masa tertentu dengan bunga
tertentu pula. Yusuf al-Qaradhawi juga menjelaskan perbedaan antara saham dan
obligasi. Pertama, saham merupakan bagian dari harta bank atau perusahaan,
sedangkan obligasi merupakan pinjaman kepada perusahaan, bank atau pemerintah.
Kedua, saham memberikan keuntungan sesuai dengan keuntungan perusahaan atau
bank, yang besarnya tergantung pada keberhasilan perusahaan atau bank itu, tetapi
juga menanggung kerugiannya. Sedangkan obligasi memberikan keuntungan tertentu
(bunga) atas pinjaman tanpa bertambah atau berkurang. Ketiga, pemilik saham berarti
pemilik sebagian perusahaan dan bank itu sebesar nilai sahamnya. Sedangkan pemilik
obligasi berarti pemberi utang atau pinjaman kepada perusahaan, bank, atau
pemerintah. Keempat, deviden saham hanya dibayar dari keuntungan bersih
perusahaan, sedangkan bunga obligasi dibayar setelah waktu tertentu yang ditetapkan.
Perusahaan yang tidak memproduksi barang-barang atau komoditas-komoditas
yang dilarang, maka sahamnya termasuk objek atau sumber zakat. Sedangkan obligasi
sangat tergantung kepada bunga, apakah termasuk kategori riba yang dilarang secara
tegas oleh ajaran Islam atau tidak. Walaupun demikian, sebagian ulama berpendapat
akan haramnya bunga, tetapi mereka tetap menyatakan bahwa obligasi adalah salah
satu obyek atau sumber zakat dalam perekonomian modern ini.
Muhammad Abu Zahrah menyatakan bahwa jika obligasi itu dibebaskan dari
zakat, maka akibatnya orang lebih suka memanfaatkan obligasi dari pada saham. Hal
ini akan membuat orang lebih condong untuk meninggalkan yang halal dengan
melakukan yang haram. Selain itu, jika ada harta haram, sementara pemiliknya tidak
diketahui, maka ia disalurkan kepada sedekah. Tetapi, jika suatu obligasi hanya
tergantung pada bunga, maka obligasi itu bukan merupakan obyek atau sumber zakat.
4. Perdagangan Kurensi
Perkembangan dunia informasi dan teknologi telah mendorong manusia modern
untuk menghasilkan sumber daya ekonomi lewat jalur internet. Salah satunya orang
senang menghasilkan uang secara instan dengan bermain forex atau jual beli mata
uang. Allah swt. secara tegas berfirman di dalam al-Qur’an akan halalnya jual beli dan
haramnya riba. Berkaitan dengan hukum traksaksi jual beli via elektronik, Muktamar
NU ke-32 di Makassar Tahun 2010 menyatakan boleh dilakukan ketika barang yang
diperdagangkan (mabi’) memiliki unsur yang jelas menurut ciri dan sifatnya secara
urfy. Jika kita merunut kasus perdagangan mata uang, maka kita perlu nilai kurs harus
diketahui oleh masing-masing, baik oleh pihak penjual maupun pihak pembeli dalam
pasar bursa valuta. Jika telah diketahui, berarti masuk urfy tersebut.
12