Page 90 - E-MODUL KEGAWATDARURATAN MASYARAKAT PANTAI
P. 90

C. Manifestasi Klinis

                           1.  Zona luka bakar
                                Tiga zona luka bakar dijelaskan oleh Jackson pada tahun 1947. Ketiga

                             zona  luka  bakar  ini  bersifat  tiga  dimensi,  dan  hilangnya  jaringan  di  zona
                             stasis akan menyebabkan luka semakin dalam dan melebar. (Pusat Informasi

                             Bioteknologi Nasional, Perpustakaan Kedokteran Nasional AS)

                             a.  Zona  koagulasi.  Ini  terjadi  pada  titik  kerusakan  maksimum  pada  area
                                jaringan yang terbakar. Di zona ini, ada kehilangan jaringan ireversibel

                                karena koagulasi protein penyusunnya.

                             b.  Zona  statis.  Zona  sekitar  stasis  ditandai  dengan  penurunan  perfusi
                                jaringan.  Jaringan  di  zona  ini  berpotensi  dapat  diselamatkan.  Tujuan

                                utama resusitasi luka bakar adalah untuk meningkatkan perfusi jaringan
                                di sini dan mencegah kerusakan menjadi ireversibel. Gangguan tambahan

                                seperti hipotensi berkepanjangan, infeksi, atau edema—dapat mengubah
                                zona ini menjadi area kehilangan jaringan total.

                             c.  Zona hiperemia. Di zona terluar ini perfusi jaringan meningkat. Jaringan

                                di  sini  akan  selalu  pulih  kecuali  ada  sepsis  berat  atau  hipoperfusi
                                berkepanjangan.

                           2.  Respon sistemik
                                  Pelepasan  sitokin  dan  mediator  inflamasi  lainnya  di  tempat  cedera

                             memiliki  efek  sistemik  setelah  luka  bakar  mencapai  30%  dari  total  luas
                             permukaan tubuh.

                             a.  Perubahan  kardiovaskular.  Karena  kehilangan  cairan  dari  luka  bakar,

                                menyebabkan  hipotensi  sistemik,  peningkatan  denyut  jantung,  dan
                                hipoperfusi organ akhir.

                             b.  Perubahan pernapasan. Terjadi hiperventilasi dan peningkatan frekuensi

                                pernapasan.  Mediator  inflamasi  menyebabkan  bronkokonstriksi,  dan
                                pada  luka  bakar  parah  dapat  terjadi  sindrom  gangguan  pernapasan

                                dewasa.
                             c.  Perubahan metabolik. Tingkat metabolisme basal meningkat hingga tiga

                                kali tingkat aslinya. Untuk pasien luka bakar parah, tingkat metabolisme





                                      K e g a w a t d a r u r a t a n   M a s y a r a k a t   P a n t a i    Page 89
   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95