Page 83 - Cerpen Surabaya Bukan Kenangan
P. 83
perjuanganku untuk hidup mandiri.” Tambahnya seraya
memejamkan mata.
Sesi ujian untuk kelompok Dinda akan segera
dimulai, semua peralatan dan aksesoris disimpan dalam tas
termasuk jam tangan. Kemudian dititipkan di tempat
penitipan barang. Karena peserta ujian dilarang membawa
apapun kecuali kartu peserta ujian yang nantinya akan
ditanda tangani oleh panitia.
Lagi-lagi, jantung Dinda berdegub dengan kencang.
Mungkin hal ini juga dirasakan oleh peserta lain. Karena
tinggal satu langkah lagi mereka akan menjadi pengabdi
negara. Komputer penentu masa depan sudah di ada
dihadapan Dinda, tanda mulai sudah dikumandangkan.
Gerakan detik yang berkurang dilayar sudah menuju kata
selesai dan waktupun selesai.
Mata Dinda yang semula difokuskan pada soal-soal
ujian kini ia tutup karena tak sanggup melihat nilai yang ia
dapatkan. Dia membuka pelan matanya dan melihat angka
yang cukup kecil di layar komputer itu. Hatinya seakan
79