Page 22 - MATERI AJAR MODUL 1 KB 3_I PUTU AGUS SUHENDRA ADI PUTRA (1)
P. 22
6) Bahasa yang digunakan lebih menekankan pada aspek komunikasi dengan
pikiran daripada perasaan.
7) Kalimat dan alinea sebagaiknya sedang, tidak terlalu pendek dan tidak
terlalu panjang.
Selain itu dapat pula dijelaskan sebagaimana merujuk pada
PuspSaudarari (2007) bahwa kaidah kebahasaan artikel ilmiah sebagai berikut:
1) Baku, yakni taat asas kebahasaan yang berlaku.
2) Denotatif, yakni kata-kata dan istilah yang digunakan haruslah
bermakna lugas, bukan konotatif dan tidak bermakna ganda.
3) Berkomunikasi dengan pikiran bukan dengan perasaan. Ragam bahasa ilmu
lebih bersifat tenang, jelas, tidak berlebih-lebihan atau hemat, dan tidak
emosional
4) Kohesif. Agar tercipta hubungan granatik antara unsur-unsur, baik dalam
kalimat maupun dalam alinea, dan juga hubungan antara alinea yang satu
dengan alinea yang lainnya bersifat padu digunakan alat-alat penghubung,
seperti kata-kata petunjuk dan kata-kata penghubung.
5) Koheren. Semua unsur pembentuk kalimat atau alinea mendukung
satu makna atau ide pokok.
6) Mengutamakan kalimat pasif.
7) Konsisten dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah, singkatan,
dan juga penggunaan kata ganti diri.
8) Logis. Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam
ilmiah dapat diterima akal.
9) Efektif. Ide yang diungkaokan sesuai dengan ide yang dimaksudkan baik
oleh penutur atau oleh penulis, maupun oleh penyimak atau pembaca.
10) Kuantitatif. Keternagan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur
secara pasti.
11) Terhindar dari kesalahan umum bahasa Indonesia. Kesalahan-kesalahan
tersebut antara lain hiperkorek, pleonasme, dan kontaminasi.
4) Teks Narasi Sejarah
Untuk menyegarkan kembali ingatan Saudara akan peristiwa
sejarah, marilah kita simak salah satu teks di bawah ini dengan cermat!
Puputan Margarana
Pertempuran Puputan Margarana merupakan salah satu
pertempuran antara Indonesia dan Belanda dalam masa Perang
kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada 20 November 1946.
Pertempuran ini dipimpin oleh Kepala Divisi Sunda Kecil Kolonel
I Gusti Ngurah Rai. Dimana Pasukan TKR di wilayah ini
bertempur dengan habis habisan untuk mengusir Pasukan Belanda
yang kembali datang setelah kekalahan Jepang, untuk menguasai
kembali wilayahnya yang direbut Jepang pada Perang Dunia II,
mengakibatkan gugurnya seluruh pasukan termasuk I Gusti Ngurah
Rai yang kemudian dikenang sebagai salah-satu Puputan di era
awal kemerdekaan serta mengakibatkan Belanda sukses
mendirikan Negara Indonesia Timur.
19