Page 75 - NASKAH KONSUL-30-6-2020_FINAL_Pdf
P. 75

2.8 Penyokong Fase Luteal

               Penyokong fase luteal dipertimbangkan sebagai standar terapi pada pasien yang melakukan program bayi
           tabung  untuk  mendukung  implantasi  dan  meningkatkan  laju  kehamilan.  Penurunan  sekresi  lutuenizing

           hormone(LH) yang melebihi kadar normal pada masa luteal dapat menyebabkan penurunan progesteron yang
           akan meningkatkan resiko terjadinya keguguran. Beberapa pilihan terapi, yaitu  supplementasi progesterone,

           hCG, dan estrogen dapat digunakan.


        1) Progesteron

               Sebuah  review  sistematik  merekomendasikan  penggunaan  progesteron  sebagai  penyokong  fase  luteal
           untuk  meningkatkan  laju  kehamilan  dan  kelahiran  hidup.  Progesteron  tersedia  dalam  bentuk  injeksi

           intramuscular,  subcutan,  vaginal,  rectal, maupun  oral.  Namun  penggunaan  injeksi  seringkali menyebabkan

           reaksi pada kulit yang diinjeksi sedangkan penggunaan rectal dapat menyebabkan iritasi pada perianal.
                  Pada saat dilakukan petik telur dan transfer embrio ada sel-sel granulosa ikut tersedot atau terganggu

           maka  dibutuhkan  penguat  rahim.  Karenanya,  setelah  dilakukan  transfer  embrio  perlu  diberikan  obat-obat
           penyokong pada fase ini untuk mendukung terjadinya implantasi atau nidasi(embrio tertanam) pada dinding

           rahim  sehingga  terjadi  kehamilan.  Obat-obat  penguat  rahim  yang  biasa  dipakai  pada  fase  ini  berupa
           progesteron atau ditambah estradiol. Pemberian progesteron bisa berupa:

           a) Suntikan intra muskuler(bisa berupa progesteron atau hCG).

           b) Oral(melalui mulut).
              Pemberian  progesteron  secara  oral  bisa  berupa  progesteron  alamiah  100-200mg  3  kali  sehari  atau

              progesteron sintetik  10 mg didrogesteron 3X sehari selama 14 hari.
           c) Rektal(melalui anus).

              Bila ada pendarahan pada vagina bisa diberi lewat rektal atau anus dalam bentuk sipositoria/pelor sebayak
              200-400 gram 2 kali sehari.

           d) Melalui vagina.

                 Pemberian progesteron melalui vagina bisa berupa bentuk jelly dalam satu aplikator  90 gram, diberikan
                 1-2 kali sehari.

                 Bisa berbentuk supositoria(pelor) dimasukkan ke vagina dengan dosis 200-400 gram 2 kali sehari.




                                                             [70]
   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80