Page 12 - rangkuman
P. 12
element of helping children better manage their inner worlds and enhance learning,
training in attention seems an obvious next step for SEL”
Goleman melihat kebutuhan mendasar untuk membantu anak-anak dalam mengelola
dirinya dan meningkatkan pembelajaran. Melatih kemampuan memperhatikan adalah
kelanjutan nyata yang harus dilakukan dalam Pembelajaran Sosial dan Emosional.
Bapak/Ibu CGP, apakah akrab dengan istilah mindfulness? Mungkin ada yang sudah
sering mendengar tetapi ada pula yang belum pernah mendengar sama sekali.
Sebelum membahas kesadaran penuh (mindfulness) ini secara mendalam, coba kita
pikirkan sejenak; apa yang ada dalam kepala kita saat menonton film atau membaca
buku kesukaan? Apakah masih dapat mengingat alur ceritanya sampai saat ini?
Bagaimana dengan emosi yang muncul saat itu ketika melihat karakter utamanya
menangis, mengalami kemalangan, ataupun berbahagia, dan kita turut menangis,
berteriak, dan tertawa? Lalu, sebagai seorang pendidik; dalam pertemuan guru rutin
saat kepala sekolah maupun guru lain mengemukakan pendapat atau mengumumkan
kegiatan sekolah yang akan datang dan kita mendengarkan dengan seksama setiap
informasi yang diberikan. Contoh lain adalah ketika mempersiapkan materi
pembelajaran, kita memperhatikan alur yang akan dibawakan, langkah untuk
mengeksekusi rancangan, dan penilaian. Kemudian pada saat di kelas kita mengamati
proses belajar murid: gerak-gerik, raut wajah, bahkan sesederhana cara murid
memandang saat materi sedang diberikan.
Pada saat kita mengarahkan sepenuhnya perhatian pada kegiatan yang sedang
dilakukan, seperti menonton film, menyimak apa yang sedang dibicarakan,
mengobservasi sekeliling kita, mengajar di kelas, mendengar penyampaian informasi
dalam pertemuan guru, bahkan membaca modul ini, dan memunculkan rasa ingin tahu
apa adanya dengan rasa penghargaan - contoh praktik kesadaran penuh
(mindfulness).
C.1. Prinsip Kesadaran Penuh (Mindfulness)
Bapak/Ibu CGP, coba mengingat kembali saat kita merasakan beban di pundak, mungkin karena tugas
yang menumpuk, sulitnya berkomunikasi dengan pimpinan atau rekan kerja, murid yang mengabaikan
kesepakatan yang sudah dibuat. Sebagai guru, skenario demikian tidaklah terelakkan. Kondisi demikian
dapat menjadi pemicu munculnya emosi tidak nyaman seperti frustasi, marah, kuatir dan berbagai
campuran emosi lainnya yang mungkin tidak dapat kita identifikasi. Emosi-emosi tidak nyaman ini dapat
mempengaruhi diri kita secara sadar dan tidak sadar. Penting bagi kita untuk mengambil jeda,
menyadari emosi yang tidak nyaman agar tidak membelenggu kita dalam memandang dan merespon