Page 25 - Buku Diklat Hutan Loa Haur
P. 25
Setahun kemudian, 2005 pengayaan tanaman kembali dilakukan
dengan penanaman sengon, sungkai, gmelina, dan acacia. Penanaman
di sekitar kampus Sungai Miak ini mencapai luas hingga tujuh hektar.
Selain itu, pengelola hutan diklat juga rutin melakukan patroli
pengamanan hutan. Beberapa temuan saat patroli di antaranya terdapat
penebangan kayu di muara Sungai Bentuhung untuk jenis kayu meranti,
bayur, sengon, ulin, dan kenanga. Petugas patroli juga menemukan
munculnya perladangan padi dan kebun, serta jalan masuk illegal ke
dalam kawasan.
Periode pertama pengelolaan hutan diklat juga mencoba mengatasi
masalah perbedaan luas antara peta penetapan dan peta hasil berita
acara tata batas. Untuk menyelesaikan soal ini, BPKH Wilayah VI
Samarinda kemudian melakukan rekonstruksi batas.
Perihal perambahan hutan oleh masyarakat, pengelola telah melakukan
sosialisasi tentang keberadaan dan fungsi hutan diklat. Dalam sosialisasi
itu dapat disimpulkan bahwa masyarakat telah memahami keberadaan
hutan diklat, tapi mereka tetap mempertahankan lahan garapan.
Dalam hal tumpang tindih kawasan, dapat disimpulkan bahwa
tum pang tindih ini menyangkut lahan seluas 1.352 ha. Kegiatan pe-
nam bangan sebenarnya telah berhenti sejak 2006, tapi konflik lahan
masih tetap muncul lantaran pemegang Kuasa Pertambangan, yaitu
PT. Welarco Subur Jaya/PT. Anugrah Bara Kaltim keberatan memindah-
kan gudang bahan peledak. Untuk mengatasi soal ini, Pusat Pengenda-
lian Pembangunan Regional III telah melakukan koordinasi untuk men-
capai kesepakatan penyelesaian.
Meski telah mencoba menyesaikan beberapa persoalan penting, ada
pekerjaan rumah yang masih tersisa: belum tersedianya akses yang aman
dan efisien untuk mencapai hutan diklat. Akibatnya, peserta diklat sulit
dibawa ke lapangan. Selama ini, akses ke hutan diklat Loa Haur yang
tersedia hanya melalui Km 39 dan Km 47 dari jalan poros Samarinda-
Balikpapan.
•
14 MENGELOLA HUTAN DIKLAT DUA DEKADE HUTAN DIKLAT LOA HAUR, KALIMANTAN TIMUR 15