Page 258 - Microsoft Word - bb69-8248-e5c4-df26
P. 258

Puncak pemberontakan ini terjadi pada tanggal 10 Februari 1958, Ketua
                       Dewan  Banteng  mengeluarkan  ultimatum  kepada  pemerintah  pusat.  Isi
                       ultimatum  tersebut  adalah  menyatakan  bahwa  Kabinet  Djuanda  harus
                       mengundurkan  diri  dalam  waktu  5  x  24  jam.  Setelah  menerima  ultimatum
                       tersebut,  pemerintah  pusat  bertindak  tegas  dengan  cara  memberhentikan
                       Letkol Achmad Husein secara tidak hormat. Oleh karena ultimatumnya ditolak
                       pemerintah, pada 15 Februari 1958, Letkol. Ahmad Husein mengumumkan
                       berdirinya  PRRI  kemudian  diikuti  oleh  pengumuman  Permesta  pada  17
                       Februari 1958 di Sulawesi. Untuk menumpas pemberontakan PRRI/Permesta,
                       pemerintah melancarkan operasi militer. Pada 29 Mei 1961, Ahmad Husein
                       dan tokoh-tokoh PRRI lainya akhirnya menyerah.

                                  Pemberontakan APRA, Andi Aziz, RMS, dan  PRRI/Permesta
                           Renungkan   merupakan  batu  ujian  bagi  ideologi  nasional  Pancasila.  Berkat


                               rahmat Tuhan Yang  Maha  Esa  dan  kekompakan ABRI  bersama
                               rakyat setia kepada Pancasila dan UUD 1945, maka pemerintah

                               berhasil mengatasinya.

                       e.  Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Deklarasi Djuanda

                         Pada  masa  Demokrasi  Parlementer,  Indonesia  banyak  mengalami
                       gangguan stabilitas politik dan keamanan. Meski demikian, pemerintah pada
                       masa  Demokrasi  Parlementer  mampu  mewujudkan  beberapa  keberhasilan
                       yang membanggakan, di antaranya adalah  Penyelenggaraan Konferensi Asia
                       Afrika (KAA) dan Deklarasi Djuanda.
                       1). Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA)

                         Konferensi Asia Afrika (KAA) diselenggarakan pada tanggal 18–24 April
                       1955 di Bandung. Konferensi ini dihadiri oleh 29 negara. Sidang berlangsung
                       selama satu minggu dan menghasilkan sepuluh prinsip yang dikenal dengan
                       Dasasila Bandung.
                         Penyelenggaraan  Konferensi  Asia  Afrika  (KAA)  membawa  keuntungan
                       bagi  Indonesia,  pamor  Indonesia  sebagai  negara  yang  baru  merdeka  naik
                       karena  kemampuannya  menyelenggarakan  konferensi  tingkat  internasional.
                       Keuntungan lainnya adalah dukungan bagi pembebasan Irian Barat yang saat
                       itu masih diduduki Belanda.
                         Konferensi  Asia  Afrika  (KAA)  juga  berpengaruh  terhadap  dunia
                       internasional.  Setelah  berakhirnya  KAA,  beberapa  negara  di  Asia  dan
                       Afrika  mulai  memperjuangkan  nasibnya  untuk  mencapai  kemerdekaan  dan
                       kedudukan sebagai negara berdaulat penuh. Selain itu, KAA menjadi awal
                       lahirnya organisasi Gerakan Non-Blok.

                     244    Kelas IX SMP/MTs Edisi Revisi














                                         https://kherysuryawan.blogspot.com
   253   254   255   256   257   258   259   260   261   262   263