Page 19 - Legenda Rawa Pening
P. 19

yang ada di sungai, kemudian melepasnya kembali. Ia
            sangat  menikmati  perjalannya  tersebut.  Diam-diam
            ia  sangat  mengagumi  pesona  alam  di desanya  yang

            sungguh  indah.  Terselip  rasa  bangga  dan  kagum  di
            dalam benaknya akan kepemimpinan ayahnya, Ki Sela
            Gondang yang telah memimpin Desa Ngasem yang elok

            itu. Terbesit di hatinya seuntai doa agar keadaan seperti
            itu akan terus berlangsung sehingga kebahagiaan akan
            terus melingkupi desa yang ia cintai.
                 Setelah    menempuh        perjalanan     yang    cukup

            melelahkan,  tibalah  Endang  Sawitri  di padepokan
            Ki Hajar Salokantara.
                 “Sampurasun, ...  permisi,  Ki,” Endang  Sawitri

            mengucap salam penuh takzim seraya mengetuk depan
            pintu gerbang padepokan. Belum ada jawaban dari dalam
            padepokan.  Beberapa  kali  Endang  Sawitri  mengulangi

            ketukan dan salamnya. Belum juga ada jawaban. Untuk
            keenam kalinya Endang Sawitri mengulangi salam dan
            ketukan ke pintu gerbang padepokan, kali ini suaranya

            agak  nyaring.  Akhirnya,  Endang  Sawitri  mendengar
            suara langkah dan jawaban dari dalam padepokan.
                 “Rampes, ...  tunggu  sebentar,  Ki  Sanak,”  sahut
            seorang laki-laki menjawab salam Endang Sawitri.

                 Pintu  gerbang  berderit  dan  terbuka.  Dengan
            mengulas  senyum  penuh  hormat,  Endang  Sawitri





                                          7
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24